Seri Pusaka Seni Rupa: Seni Patung Indonesia Modern didukung melalui kegiatan Fasilitasi Bidang Kebudayaan oleh Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Buku ini tersedia dalam bentuk Akses Terbuka di bawah lisensi CreativeCommons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Grace Samboh (l. 1984, Jakarta) terus-menerus mencari kemungkinan bentuk kerja kuratorial di dalam ruang hidupnya. Ia percaya bahwa kerja kuratorial adalah memahami sekaligus membuat sesuatu pada waktu yang bersamaan. Klaim bahwa Indonesia kekurangan infrastruktur negara dianggapnya ketinggalan zaman. Ia bersijingkat peran dalam beragam elemen dan lembaga seni di sekitarnya sebagai peneliti, penulis, produser, dan kurator seni rupa. Selain sedang menempuh pendidikan doktoral di jurusan Kajian Seni dan Masyarakat, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ia juga tergabung dalam Hyphen — dan RUBANAH Underground Hub (Jakarta).
Sejumlah esainya yang terkini bisa dibaca antara lain di Southeast of Now: Directions in Contemporary and Modern Art in Asia Vol. 4, No. 2, Singapura: NUS Press (2020), Corina Apostol & Nato Thompson (eds.) Making Another World Possible: 10 Creative Time Summits, 10 Global Issues, 100 Art Projects, New York & London: Creative Time & Routledge (2019); Lucy Steeds (et al, ed.), Curating After the Global: Roadmaps for the Present, Zurich, New York & Cambridge: Luma Foundation, CCS Bard & MIT Press (2019); Amelia Barikin & Helen Hughes (eds.), Tom Nicholson: Lines towards Another, Queensland, Melbourne & & Berlin: IMA, the Australian Centre for Contemporary Art & Sternberg Press (2018); Udo Kittelmann & Gabriele Knapstein (eds.), Hello World: Revising a Collection, Berlin: Hirmer Verlag (2018); jurnalkarbon.net (2017, 2010).
Ratna Mufida (l. 1979, Kediri) adalah seorang pekerja manajemen seni yang tinggal di Yogyakarta. Ia aktif dalam penyelenggaraan beberapa even kesenian di Yogyakarta seperti Simposium Khatulistiwa, Biennale Jogja, ART|JOG, Festival Kesenian Yogyakarta, Ngayogjazz, dll. Ia juga pernah mengelola sejumlah ruang seni di Yogyakarta seperti Kedai Kebun Forum, Indonesia Contemporary Arts Network (iCAN), dan Fight for Rice (FFR). Aktivitasnya di wilayah kerja manajemen seni menuntutnya untuk berhubungan dengan hal-hal dan orang-orang di luar dunia seni. Hal inilah yang menumbuhkan rasa penasarannya pada aspek sosial dan historis ranah seni rupa di Indonesia. Ia mengikuti rasa penasarannya dengan melakukan kerja penelitian dan pengarsipan seni baik secara pribadi maupun bersama lembaga seperti IVAA, Hyphen —, dan SKRIPTA.
Bersama kedua sahabatnya, Grace Samboh dan Pitra Hutomo, Ia membentuk perkumpulan Hyphen. Bersama Hyphen, dia mengelola sejumlah pameran dan kerja riset arsip seniman Indonesia, menerbitkan buku Sesudah Aktivisme - sekumpulan esai Enin Supriyanto (1994-2014), dan saat ini sedang menyiapkan penerbitan buku Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia. Saat ini, ia sedang terlibat dalam kerja penerbitan buku Dokumentasi Pemikiran Komposer Djaduk Ferianto dan penelitian seputar seniman Danarto.