Apa sebenarnya definisi film horor Indonesia? Apa yang melatarbelakangi sukses film horor di Indonesia? Apakah film horor kita telah memiliki kualitas yang dianggap bagus, bahkan istimewa secara penceritaan dan estetikanya?
Melalui sudut pandang historis, buku ini melakukan observasi mendalam menggunakan pendekatan aspek naratif dan sinematik. Bahasan ini akan menggambarkan pencapaian serta perkembangan film horor Indonesia dari masa ke masa. Setiap jaman memiliki keunikannya. Setiap film juga pasti akan mewakili jamannya. Setiap pembuat film juga memiliki pendekatan dan gaya yang berbeda untuk merespon jamannya. Alhasil, film horor Indonesia akan terus berkembang secara dinamis sampai kapan pun.
Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary memiliki relasi erat dengan buku ini. Film Horor Indonesia: Bangkit dari Kubur, sejatinya merupakan pengembangan bahasan tentang film horor Indonesia. Melalui Film Horor: Dari Caligari Ke Hereditary kita akan dapat memahami perkembangan genre horor secara global dari masa ke masa. Sementara melalui Film Horor Indonesia: Bangkit dari Kubur, kita dapat memahami posisi film horor kita dalam perkembangan genre horor di dunia.
Buku ini bukan dimaksudkan sebagai kajian yang mendalam tentang film horor di Indonesia, melainkan memberikan gambaran umum pencapaian film-film horor kita dari masa ke masa. Melalui kekuatan observasi, referensi, dan pengalaman para penulis dalam mengulas film selama belasan tahun menjadi modal untuk mengevaluasi melalui pendekatan naratif dan estetik.
Buku Film Horor Indonesia: Bangkit dari Kubur adalah bacaan wajib bagi para penikmat film horor Indonesia. Dengan pengetahuan dan pemahaman historis, naratif, dan estetik yang memadai, penonton film horor bisa lebih kritis terhadap film-film horor Indonesia. Semakin kritis penonton film kita, maka akan semakin berkembang pula film horor Indonesia.
Himawan Pratista lahir di Yogyakarta pada 3 Maret 1974. Sejak usia balita sudah mulai menonton film. Mengenyam pendidikan di Jurusan Arsitektur Universitas Atmajaya, namun selama kuliah tetap intens menonton film. Setelah lulus menjadi Sarjana Arsitektur, di sela-sela pekerjaannya, penulis mulai lebih serius mengamati film dari era klasik hingga kini.
Dalam perkembangan, karena pengetahuan serta referensi filmnya yang luas, penulis ditarik menjadi dosen film yang mengampu mata kuliah Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film di Akademi Komunikasi Indonesia, Yogyakarta, sejak tahun 2003 - 2019. Pada tahun 2008, ia menulis buku film berjudul Memahami Film yang memilah seni film menjadi unsur naratif dan sinematik. Buku ini menjadi acuan referensi literatur film bagi SMK hingga Program Studi TV, Film, dan Komunikasi di seluruh Indonesia. Buku ini telah terjual lebih dari 2000 eks, hanya dua tahun sejak rilis cetaknya.
Pada tahun 2006, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Komunitas Film Montase. Komunitas ini menerbitkan Buletin Film Montase yang terbit hingga 27 edisi, berisi pengetahuan, artikel, informasi, serta ulasan film, baik film lokal maupun luar. Blog komunitas yang ada sejak 2008, selain memuat tulisan-tulisan buletin, juga memuat ulasan film yang ditulis penulis. Pada tahun 2016, situs ulasan film montasefilm.com resmi dirilis dan hingga kini penulis bertindak menjadi chief editor. Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 1100 artikel dan ulasan film. Satu tulisannya, “Pengabdi Setan 2: Communion, Sebuah Tribute Horor untuk Horor?” (2022) masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2022.
Buku karya penulis selanjutnya, Memahami Film – Edisi Kedua, dirilis bulan Juli tahun 2017 dan hingga kini telah memasuki cetakan ketiga. Penulis juga terlibat sebagai editor dan penulis dalam Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol 1 – 3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2002 – 2018. Buku karya terbarunya adalah Film Horor, Dari Caligari ke Hereditary (2023) yang ditulis dalam dua bahasa yakni Indonesia dan Inggris (Google Play Book). Sejak tahun 2022 hingga kini, penulis mengajar Mata Kuliah Kritik Seni Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui Program Praktisi Mandiri. Hingga kini, ia masih tinggal di Yogyakarta, menonton dan mengulas film, menulis buku film, mengajar film, serta ikut terlibat dalam semua produksi film fiksi maupun dokumenter yang diproduksi oleh Komunitas Film Montase.
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sini ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Ia juga menjadi editor buku Memahami Film Edisi Kedua (2017), serta menjadi salah satu penyusun dan penulis buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol.1 – 3 (2018) serta 30 Film Indonesia Terlaris 2002 – 2018 (2019). Pada tahun 2021 ia bersama rekannya memperoleh nominasi Festival Film Indonesia (FFI) Kategori kritik film terbaik, melalui tulisan berjudul Asih 2: Cermin Horor Kontemporer.
Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang sinema neorealisme, membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia menjadi pengajar tetap di Program Studi Film dan Televisi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengampu mata kuliah Pengantar Film, Sejarah Film, Kritik film, serta mata kuliah lainnya yang terkait dengan Kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Penelitiannya selalu fokus pada kajian teks naratif maupun sinematik sebuah film.
Miftachul Arifin lahir di Kediri, 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com.
Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase pada September 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, secara reguler aktif menulis ulasan film-film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Ia juga salah seorang dari 35 juri dalam Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) XI, dan nominator kategori Karya Kritik Film dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2021.
Dalam perjalanannya, pernah pula menjadi Kontributor Majalah Mata Jendela milik Taman Budaya Yogyakarta, dengan topik Menonton Karya Filmmaker Jogja. Juga Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story and Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Ia pun memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alternatif yang diterbitkan secara selfpublishing.
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Ia suka tidur, melamun, dan baca buku. Film fantasi, animasi, petualangan, dan science fiction adalah favoritnya. Trilogi The Lord of the Rings dan film-film Ghibli adalah film-film yang masih suka ditontonnya berulang kali.
Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews
Meski memiliki minat di topik film, tapi ia memiliki latar di dunia TI. Sampai sekarang ia masih bergulat di dunia TI sebagai konsultan dan peneliti di bidang TI.
Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema