Malu? Iya banget :v, tapi saya tetap menghargai sebuah karya pertama saya ini, bagaimanapun ini adalah karya yang lahir dari buah pikiran saya sendiri. Setiap cerita memiliki kenangan sendiri.
Buku Pohon impian, terutama beberapa cerita yang saya buat para tokohnya mati di akhir. Banyak Unhappy ending, yang dialami tokoh saya. Semoga mereka tidak protes, setidaknya belum. Sindrom kematian, saya pribadi menyebutnya demikian untuk beberapa karya tulis saya. Dimana saya menuliskan akhir cerita dengan mematikan para tokoh di dalamnya. Mungkin karena tontonan dan bacaan saya pula yang kala itu saya nikmati banyak yang berakhir seperti itu pula. Dan sepertinya kala itu kematian salah satu adalah bentuk romantisasi kisah sekaligus kemudahan saya untuk mengakhiri cerita.
Selain sindrom kematian, buku pohon impian ini di dominasi oleh tulisan genre songlit. Tulisan yang terinspirasi dari lagu-lagu yang saya dengarkan(atau video klip-nya). Dari membaca judulnya pasti akan terasa familiar, karena ada beberapa tulisan yang judulnya saya ambil langsung dari lagu tersebut. Seperti ‘Salah’ (bukan pemain bola) yang terinspirasi dari lagu milik Potret. Tentang sepasang kekasih yang sama-sama mendua. Begin again, terinspirasi dari lagu Taylor Swift bercerita tentang seseorang yang ingin memulai kembali kisah cintanya dengan seseorang yang baru. Dan latarnya di Prancis karena saya jatuh cinta dengan latar di video klip itu. Penampakan sungai Seine dipagari pohon willow di sisinya. Dan pulau di tengah sungai Seine yang terbentuk alami membelah sungai besar di Paris itu terlihat indah.
Pohon impian sendiri, terinspirasi dari video klip lagu Raisa yang berjudul jatuh hati. Tentang laki-laki yang menumbuhkan semangat untuk anak-anak di sekelilingnya dengan bercerita(setidaknya itu yang saya tangkap dari video klip Raisa).
Rockabye, my dear terinsipirasi dari lagu rockabye yang dilantunkan oleh Anne Marie, Sean Paul dan Clean Bandit. Lagu yang kalau kita dengarkan sekilas seperti lagu ceria dengan dentuman musik asik untuk bergoyang. Namun menyimpan arti lirik yang dalam. Yaitu tentang seorang single mom yang berjuang dengan keras untuk anak-anaknya. Lagu yang mengingatkan orang-orang terdekat saya. Di sekitar saya banyak para single mom yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri sampai mengabaikan keinginan dan kebahagiaan dirinya sendiri. Ibu saya juga dulu bisa dikatakan single mom karena harus membesarkan saya dan saudara-saudara saya seorang diri. Kala itu bapak bekerja yang memungkinkannya hanya pulang satu minggu sekali. Ibu harus mengurus empat anak yang masih amat kecil. Bahkan tiga diantaranya masih balita yang jaraknya berbeda tiga tahun. Selain harus mengurus rumah tangga dan anak, ia bekerja mencari uang untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangga karena gaji bapak sendiri amat kecil dan tidak bisa mencukupi kehidupan keluarga besar kami. Jadi ibu harus berjualan sayur di rumah. Setiap subuh pergi ke pasar membeli sayuran yang akan ia jual di depan rumah, pagi sampai siang ia melayani para pembeli sambil mengurus anaknya. Malam pun Ia membungkusi bumbu dapur. Dua puluh empat jam ia abdikan dirinya untuk keluarga. Seperti yang kau pinta terinspirasi dari lagu mendiang Chrisye. Untuk itu saya sudah membuat playlist khusus di spotify tentang lagu-lagu yang saya gunakan sebagai inspirasi di buku ini. Silakan yang mau mendengarkan pindai barcode berikut atau klik tautan dibawah ini.
https://open.spotify.com/playlist/7v3IHTK8SqAXLLZyDnfE5Z
Selain dari songlit biasanya saya menulis berdasarkan dari sebuah peristiwa yang terus menghantui saya. Seperti ‘bunga yang terkoyak’ adalah kegelisahan saya saat mendengar ada peristiwa di mana para tentara yang telah menghancurkan kota dan membunuh para lelakinya. Dan biadabnya mereka memperkosa para wanitanya. Para wanita yang ketaktan itu pun lebih memilih mati di tangan suami/ayah/ saudaranya sendiri dibandingkan harus menanggung hal menyakitkan itu.
Kesamaan nama di dalam beberapa cerita mungkin karena saya malas mencari nama lainnya. 😭🤣
Muhamad Septian Wijaya biasa menggunakan MS Wijaya sebagai nama pena. Saat ini berdomisili di kota Subang kegiatannya saat ini adalah berkebun, mengasuh dua anak kucing dan satu anak manusia kadang. Ia juga freelancer untuk bidang desain grafis terutama untuk pembuatan cover buku di beberapa penerbit indie. Ia juga punya toko kecil di rumah dan taman baca. Silakan bagi yang berdomisili di Subang ingin membaca atau berdiskusi tentang buku bisa langsung datang ke Rumah Buku MS Wijaya yang berada tepat di samping kantor Bank BRI cabang Cibogo.
Pengalaman menulis sejak tahun 2017 aktif belajar menulis melalui berbagai komunitas menulis dan seminar kepenulisan. Penulis satu buku solo kumcer berjudul 'Pohon Impian' dan 10 antologi berbagai genre. Biasa menulis cerpen dan ulasan film atau buku di Instagram @immswijaya atau websitenya www.mswijaya.com