"Hidup ini cepat dan berbahaya, dan tidak ada gunanya menyangkal kesenangan dirimu, atau menjadi apa pun selain dirimu."
Kisah cinta yang unik berlatar dunia teater Kota New York selama tahun 1940-an. Diceritakan dari sudut pandang seorang wanita yang lebih tua ketika dia melihat kembali masa mudanya dengan kesenangan dan penyesalan (tetapi sebagian besar kesenangan), City of Girls mengeksplorasi tema-tema tentang wanita dan pergaulan bebas, serta kekhasan dari cinta sejati.
Pada tahun 1940, Vivian Morris yang berusia sembilan belas tahun baru saja dikeluarkan dari Vassar College, karena kinerjanya yang baru di tahun pertama. Orang tuanya yang kaya mengirimnya ke Manhattan untuk tinggal bersama Bibi Peg-nya, yang memiliki teater tengah kota yang flamboyan dan hancur yang disebut Lily Playhouse. Di sana Vivian diperkenalkan ke seluruh kosmos karakter yang tidak konvensional dan karismatik, dari gadis penari yang asyik hingga aktor lelaki tampan, aktris terkenal, penulis pembunuh wanita, dan manajer panggung yang tidak masuk akal. Tetapi ketika Vivian membuat kesalahan pribadi yang menghasilkan skandal profesional, itu mengubah dunianya yang baru dengan cara yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sepenuhnya dipahami. Namun, pada akhirnya, hal itu menuntunnya ke pemahaman baru tentang jenis kehidupan yang ia dambakan - dan jenis kebebasan yang dibutuhkan untuk mengejar kehidupan itu. Itu juga akan mengarah pada cinta dalam hidupnya, cinta yang menonjol dari yang lainnya.
Sekarang berusia delapan puluh sembilan tahun dan akhirnya menceritakan kisahnya, Vivian mengingat bagaimana peristiwa tahun-tahun itu mengubah jalan hidupnya - dan semangat serta otonomi yang dengannya dia mendekatinya. "Pada titik tertentu dalam kehidupan seorang wanita, dia hanya bosan merasa malu sepanjang waktu," renungnya. "Setelah itu, dia bebas untuk menjadi siapa pun dia sebenarnya." Ditulis dengan kebijaksanaan yang kuat tentang keinginan dan koneksi manusia, City of Girls adalah kisah cinta yang tidak ada duanya.