Diantara isinya membahas tentang Iman Pada Fenomena Gaib
Umat Islam terbagi pada dua pemikiran ekstrem dalam memahami fenomena jin. Ada yang sangat memercayai keberadaan jin sehingga terjerumus pada kemusyrikan dengan menjadikannya pelindung, bahkan–na‘udzubillah–sampai pada derajat pengabdian padanya. Tentu saja, keyakinan semacam itu bertentangan dengan sistem keimanan dalam Islam yang mengajarkan konsep ketauhidan kepada Allah Swt.
Ada juga sebagian umat Islam yang beranggapan bahwa jin itu khayalan, alias sekadar ilusi. Alasannya, fenomena jin tidak rasional dan tidak bisa dibuktikan secara eksperimental. Sehingga, secara mutlak mereka menolak fenomena jin dan menganggap sesat orang-orang yang memercayainya. Sesungguhnya, anggapan semacam itu juga tidak sejalan dengan sistem keimanan dalam Islam, tidak senapas dengan firman-firman Allah dan sabda Rasulullah Saw.
Apabila orang ateis tidak percaya akan eksistensi jin dan tidak meyakini fenomena gaib, hal itu wajar karena mereka tidak percaya pada informasi yang termaktub dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul. Namun, kalau umat Islam tidak meyakininya dengan alasan tidak rasional dan tidak bisa dibuktikan secara eksperimental, kualitas keimanan mereka terhadap masalah gaib perlu dievaluasi: bukankah seorang mukmin wajib beriman pada masalah gaib?
Ažurirano dana
3. okt 2024.