Sekarang, marilah kita sambut dulu si anak pertama. Cita-cita Norman sangat mulia, yaitu membahagiakan orang tua. Sayangnya dia tidak tahu caranya. Jadi dia mendaftarkan diri sebagai anggota arisan mingguan di kelas. Harapannya tak lain bisa memberi uang belanja ibunya meskipun hanya sedikit dan sekali seumur hidup. Tapi, uang yang akan diputar melalui arisan pun, didapatkan dari ayahnya. Norman jadi sedikit kecewa.
Malam hari yang bodoh di seputaran kampung pinggiran, sejumlah anak muda sedang berpesta di sebuah rumah kecil di yang tak berpenghuni. Jangan kawan pikir rumah itu menjadi rumah para primadona dedemit. Rumah ini memang sempit dan minimalis, yang membuat pemuda-pemudi menjadi gila dan ramai adalah sesuatu yang keluar dari rumah itu.
Minggu lalu sebelum senja datang, Norman memberi jampi-jampi dan meniupkan kedalam lubang rumah minimalis itu. Harapannya cuma ingin namanya menjadi pilihan kali ini. Saat di rumah dia selalu duduk di pojok kamar tidurnya dengan mengepalkan tangan sambil meneriakan yel-yel “Aku pasti bisa”. Ternyata nama Liana yang keluar malam itu. Norman sadar, baktinya kurang kepada Ibunya. Yasudahlah, arisan bukan satu-satunya pintu untuk membahagiakan orang tuanya. masih ada jalan menuju kamarnya ketika pintu depan sudah terkunci. Kata-kata mutiara ciptaan Norman.
GANTENG DAN PEMALU TAPI BOONG