Buku catatan harian ini secara spesifik memotret secara langsung aktivitas, jejak langkah pengawas pemilu ad hoc yang menjadi ujung tombak suksesnya pemilihan umum dan pemilihan dengan beban dan tanggung jawab yang tak terkatakan. Tetapi sayangnya yang diterimanya hanyalah sumpah serapah, teror fisik dan mental, kekerasan fisik.
Sementara di tingkat struktural, beban dan suasana kebatinan pengawas ad hoc itu dianggap lumrah dan menjadi taken for granted. Akan terasa betapa beratnya tantangan pekerjaan pengawasan di tingkat ad hoc, apalagi pengawasan di tingkat desa/kelurahan karena berada seorang diri di satu wilayah administrasi dengan berbagai kepelikan masalahnya.
Pengawas pemilu ad hoc pasti tidak akan dipermanenkan kelembagaannya karena pertimbangan beban pekerjaan pascapemilu. Namun setidaknya dalam tataran normatif bisa diatur agar ada perlindungan atas hak-hak mereka yang seimbang dengan beban dan tanggung jawab yang diemban selama tahapan pemilu dan pilkada.
Buku ini juga membuka mata para perencana anggaran untuk memberlakukan anggaran secara spesifik–berbeda antara wilayah daratan dan wilayah kepulauan dengan topografi yang sulit. Mereka sangat berjasa terhadap pemilu berintegritas di negeri ini. Salam.