Om den här e-boken
"Aku mau kau tidur bersamaku, Captain Uncle. Persyaratan yang mudah, 'kan?"
"Tidur denganku? Maksudnya, kau mau kita bercinta, Jilly Edison?"
"Sangat benar. Kalau kau menanyakan apa alasannya, aku akan akui jujur aku penasaran tidur dengan paman tua."
"Paman tua, Jill?"
"Kau sudah berusia empat puluh dua tahun, Captain Uncle. Aku ingin tahu apa kau masih sangat bergairah?"
"Aku masih punya hasrat seksual yang bagus. Aku berani menjamin itu."
Jika saja Wizz hanya tunjukkan balasan dengan kata-kata, maka antisipasi bisa dilakukan dengan rencana apik.
Namun, pria itu malah merengkuhnya. Memegang tepat pinggang rampingnya dengan gaya yang terkesan posesif.
"Kau sendiri berapa usiamu, Jill?"
"Aku baru dua puluh tujuh tahun. Aku masih muda bagimu, Captain Uncle?"
"Walau kau masih muda, apa kau yakin bisa menandangiku di ranjang? Selama ini, aku hanya pernah bercinta dengan para wanita dewasa berpengalaman."
"Aku jarang tidur bersama pria. Tapi, aku sering menonton film semi dewasa. Aku bisa mempraktikkan di ranjang, saat kita bercinta, Captain Uncle.
.......................
Captain Uncle, sebutan khusus dari Jilly Edison untuk pilot pribadinya bernama Wizz James. Pria itu sudah berusia tua, yakni empat puluh dua tahun. Berumur tak jauh berbeda dengan sang ayah.
Jilly kira Wizz sudah tak memiliki lagi gairah yang besar. Ternyata dugaannya salah. Wizz sangat lihai di ranjang.
Jilly belum pernah merasa kenikmatan luar biasa serta kepuasaan hebat dalam memenuhi kebutuhan biologisnya.
Tak percuma diterima tantangan sang sahabat membuktikan Wizz tetaplah pria normal yang menyukai wanita, tak menyimpang seperti dipikirkan.
Di sisi lain, Wizz James senang dengan fakta sentuhan-sentuhan bisa membuat Jilly kecanduan. Wanita itu pun dapat lebih mudah masuk kejebakannya.
