Over dit e-boek
"Emil, buka pintunya! Kalau kamu tak membuka pintu aku dobrak sekarang juga!" teriak Bang Jafar, renternir yang terkenal sangat sadis di kampungku. Bang Emil bersembunyi di bawah kolong tempat tidur sambil memberi kode agar aku menghadapi renternir itu.
Bang Emil adalah suami yang cukup baik selama ini. Dia tak pernah kasar padaku dan selalu bertindak romantis meski usia pernikahan kami sudah menginjak 7tahun. Kekurangannya hanya satu, yakni malas bekerja. Karena itulah dia nekad hutang ke beberapa renternir untuk mencukupi kebutuhan kami.
Sebagai seorang istri aku juga sudah ikut berusaha mencari uang untuk membantu perekonomian keluarga. Namun keuntunganku sebagai penjual sayur keliling tidak cukup untuk membayar bunga dari uang yang Bang Emil pinjam. Kadang aku terpaksa nekad tak membayar bunga bulanan renternir itu karena tak punya uang. Aku tak tega melihat anak-anakku kelaparan jika memberikan semua uang hasil kerja kerasku untuk membayar bunga pinjaman saja.
Brak!
