Catatan untuk Diriku

· Noura Books
5.0
4 ulasan
e-Buku
300
Halaman

Perihal e-buku ini

Catatan untuk Diriku, menurut penulis yang telah menulis lebih dari 20 buku, “ ... tampak paling simple tapi, bisa saya bilang, jangan-jangan adalah yang paling penting dari semua karya saya. Ia berisi perasan pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan dari refleksi mendalam atas kehidupan, selama puluhan tahun. Saya share, dengan penuh kerendahan hati, dengan harapan dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri, dan bagi pembacanya.”

 

Endorsment

“Karya Pak Haidar mengingatkan kembali akan arti kata Cinta. Sebuah kata yang saat ini mulai terkikis oleh hal-hal negatif di sekitar kita. Kita diingatkan kembali bagaimana kita sebaiknya mulai dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain—hal yang sering terlupa. Melalui karya ini, kita tidak hanya belajar mencintai, tapi juga memaafkan serta bagaimana melakukan pengorbanan bagi orang lain.

Yang saya suka lagi, pemilihan katanya begitu dalam, namun tetap bernuansa sederhana. Sehingga, siapa pun yang membaca akan merasa masuk dalam pemikiran Pak Haidar. Karya ini bukan hanya ‘Catatan untuk Diriku’, tapi juga menjadi catatan pengingat bagi setiap pembacanya. Terima kasih atas karya indah ini, Pak!”

—dr. Teuku “Tompi” Adifitrian, Sp.BP-RE, Musisi

“Cinta adalah bahasan abadi dan kegelisahan soal cinta adalah gejolak yang makin membesar saat dunia kita sedang ‘susah’ sekarang ini. Catatan untuk Diriku berusaha memberikan jawaban—sebuah peta untuk menemukan cinta yang sedang kita cari; cinta yang beragam dan suci.”

—Gina S Noer, Penulis Skenario Film, Produser, Sutradara

“Pesona Pak Haidar adalah kemampuan menyederhanakan dan sentuhan kebijaksanaannya dalam menjelaskan. Termasuk dalam bidang filsafat yang menjadi concern keilmuannya. Hal itu saya rasakan sendiri ketika berada di kelas beliau maupun ketika membaca buku filsafatnya. Pesona itulah yang juga tampil gamblang dalam buku ini. Terlebih lagi buku ini disusun oleh Mas Deni yang memiliki kedekatan dengan Pak Haidar bukan hanya secara online, tetapi juga offline—membuatnya memahami tweet yang tepat, yang mencerminkan kegelisahan dan concern Pak Haidar.”

—Husein Ja‘far Al-Hadar, Penulis Buku Bestseller Tuhan Ada di Hatimu

“Saya belajar bahwa Islam adalah agama rahmatan lil-‘âlamîn—fokusnya adalah kebermanfaatan untuk kemanusiaan.

Melalui pemikiran Pak Haidar, saya belajar hal yang selaras. Bahwa hidup, lebih dari sekadar hidup, adalah tentang membaktikan diri pada perbaikan hidup bersama. Bersama—bukan sendirian.”

—Ligwina Hananto, Financial Trainer, Stand Up Comedian, Aktris Film

“Haidar Bagir yang saya hormati adalah makhluk pencinta—berusaha menampilkan cinta paling hakiki, yang bersumber dari Allah pada manusia. Tidak pernah tidak, selalu itu yang jadi iman dan imam tiap gerak Pak Haidar. Catatan penuh rindu ini, yang dengan sangat bersahaja ditujukan untuk dirinya sendiri, bisa jadi refleksi inti dalam menggali unsur kemanusiaan dan ketuhanan kita, demi cinta yang lebih hidup lagi.”

—Salman Aristo, Penulis Skenario Film, Produser, Sutradara

“Pak Haidar melakukan syiar filsafat dan cinta di mana-mana, termasuk dalam laku bermedia sosial. Di lini masa yang sibuk berganti tema dalam hitungan detik, bahkan ketika manusia asyik saling berperang kata, Pak Haidar tetap hadir sebagai filsafat dan sebagai cinta.”

—Kalis Mardiasih, Penulis dan Aktivis Muda

“Cuitan-cuitan Pak Haidar, meski dalam kalimat pendek, adalah gagasan bernas, pernyataan cinta, dan wasiat damai yang membuat batin kita terus-menerus tumbuh bermekaran. Isinya berupa makanan ruhani yang menyehatkan. Menjadikan jiwa kita semakin berisi berotot. Dengan kelembutan petuah-petuahnya, Pak Haidar menjadikan gerakan perdamaian semakin bertenaga.”

—Wawan Wg, Pegiat Jaringan Kerja Antarumat Beragama (JAKATARUB), Simpatisan Serius NU Garis Lucu, Fans Berat Gusdur

“Membaca refleksi-refleksi lepas Pak Haidar Bagir, saya kira Anda bisa segera sepakat dengan saya, bahwa lintasan-lintasan itu lahir dari hati yang tulus.

Dalam kengototannya untuk mempromosikan penafsiran Islam yang serbacinta, mengampanyekan filsafat Islam dan mistisisme yang lebih membumi dan transformatif, dan dalam concern-nya yang tak kenal lelah dalam membantu orang-orang susah—dalam semua itu, tak bisa tidak, Pak Haidar Bagir mestilah merupakan sosok yang tunduk kepada suara hati.”

—Azam Bahtiar, Direktur Nuralwala Pusat Kajian Akhlak dan Tasawuf

“Buah perenungan mendalam yang digurat Habib Haidar ini, merupakan rekaman zaman kita yang kian halai-balai. Layak dijadikan cermin untuk mematut diri.”

—Ren Muhammad, Penyintas Peradaban


[Mizan, Noura Publishing, Agama, Islam, Filsafat, Psikologi, Indonesia]

Penilaian dan ulasan

5.0
4 ulasan

Perihal pengarang

Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957. Ia meraih S-1 dari Jurusan Teknologi Industri ITB (1982), S-2 dari Pusat Studi Timur Tengah, Harvard University, AS (1992), dan S-3 dari Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000-2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS.

Nama penerima tiga beasiswa Fulbright ini selama beberapa tahun berturut-turut masuk dalam daftar 500 Most Influential Muslims (The Royal Islamic Strategic Studies Centre, 2011). Di samping itu, ia memperolah beberapa great dan award nasional dan internasional untuk beberapa aktivitasnya.

Selain sibuk mengurus yayasan dan menjadi presiden direktur sebuah rumah penerbitan, ia telah menulis buku bestseller: Buku Saku Tasawuf; Buku Saku Filsafat Islam; Buat Apa Shalat; Surga di Dunia, Surga di Akhirat; Risalah Cinta dan Kebahagiaan; Islam Tuhan Islam Manusia; Epistemologi Tasawuf; Semesta Cinta: Pengantar kepada Pimikiran Ibn ‘Arabi; Belajar Hidup dari Rumi; Mereguk Cinta Rumi; dan beberapa judul buku lain. Ia juga masih aktif memberikan ceramah keagamaan dan pendidikan di sejumlah tempat; menjadi pembicara di sejumlah seminar keilmuan, khususnya kajian tentang filsafat, tasawuf, dan pemikiran Islam kontemporer.

Ia juga pendiri Gerakan Islam Cinta, anggota Dewan Internasional Compassionate Action International, dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Amal Khair Yasmin. Haidar juga adalah di antara pendiri sekaligus Ketua Yayasan Lazuardi Hayati yang mengembangkan jaringan sekolah Islam di berbagai wilayah di Indonesia.

Ia juga selama 9 (Sembilan) tahun mengasuh sebuah acara radio mingguan bertajuk Lite is Beautiful di Lite FM.[]

@Haidar_Bagir

www.haidarbagir.com

Berikan rating untuk e-Buku ini

Beritahu kami pendapat anda.

Maklumat pembacaan

Telefon pintar dan tablet
Pasang apl Google Play Books untuk Android dan iPad/iPhone. Apl ini menyegerak secara automatik dengan akaun anda dan membenarkan anda membaca di dalam atau luar talian, walau di mana jua anda berada.
Komputer riba dan komputer
Anda boleh mendengar buku audio yang dibeli di Google Play menggunakan penyemak imbas web komputer anda.
eReader dan peranti lain
Untuk membaca pada peranti e-dakwat seperti Kobo eReaders, anda perlu memuat turun fail dan memindahkan fail itu ke peranti anda. Sila ikut arahan Pusat Bantuan yang terperinci untuk memindahkan fail ke e-Pembaca yang disokong.