"Kau hanya bermaksud memanfaatku untuk memuaskan nafsumu saja, Mantan Istriku?"
"Setelah aku memberikan kau kepuasaan, kau berpaling ke pria lain untuk kau ajak berkencan?"
Clasyn membeliak. Reaksi atas keterkejutan atas pertanyaan Collin. Amarahnya mencuat. Tak bisa terima dengan tuduhan sang mantan suami.
Clasyn langsung menunjukkan pemberontakan. Ia enggan berada dalam dekapan Collin lebih lama.
Berhasil dilepas rengkuhan pria itu. Clasyn pun hendak bangun dari posisi berbaring. Namun, Collin kembali menarik hingga ia terjatuh ke kasur.
Lalu, sang mantan suami menindihnya. Tidak ada celah bagi Clasyn bergerak leluasa. "Apa maumu?"
"Aku ingin tahu kenapa kau hanya memanfaatku di ranjang, tapi tidak mau membali padaku, Clasyn."
"Bukankah kita sudah sepakat kita akan masih menjadi partner di ranjang saja? Tidak masalah jika jika memiliki kekasih di luar?" Clasyn kian geram.
"Aku tidak mau kita punya kekasih. Kau tahu aku akan tetap mencintaimu saja, Clasyn."
"Kalau kau masih mencintaiku, kenapa kau terima saat aku ingin berpisah?"
Collin memandang semakin serius ke arah Clasyn di bawah kungkungannya. "Alasanku?"
"Karena aku ingin kau bahagia, Clasyn. Aku kira pernikahan kita tidak menyenangkan."
"Tapi, setelah kita bercerai, kau setuju kita tetap tidur bersama. Aku yakin kita berdua masih punya kesempatan memperbaiki semuanya."
…………………
Clasyn West tahu bahwa tetap bekerja di perusahaan Collin Brown yang merupakan mantan suaminya, pasti memiliki risiko. Apalagi, dirinya dan pria itu sepakat terus tidur bersama, walau sudah bercerai demi menuntaskan hasrat masing-masing.
Collin Brown pun tak segan menunjukkan sikap posesif terhadap Clasyn. Terutama, saat mantan istrinya itu dekat dengan pria lain. Ia sama sekali tidak akan rela.
Collin masih begitu mencintai Clasyn. Ia ingin memiliki wanita itu kembali di hidupnya. Maka dari itu, Collin terus memberi kepuasaan pada Clasyn. Hanya dirinya yang mampu memberikan puncak kenikmatan hebat di ranjang untuk wanita itu.