Dalam terminologi klasik Antropologi-Sosial, konsepÊbangsaÊ(nation) digunakan untuk menggambarkan kategori besar orang atau masyarakat dengan kebudayaan yang kurang lebih seragam. IstilahÊbangsaÊ(nation), mengikuti arus pendapat dominan dalam Antropologi, yaitu satuan kebudayaan. Kini, ketika argumentasi homogenitas semakin sukar dipertahankan, maka pembedaan bangsa dan kategori etnik menjadi semakin penting karena keterkaitannya dengan negara modern. Dengan kata lain, suatu perspektif Antropologi menjadi esensial bagi pemahaman secara menyeluruh mengenai nasionalisme. Prinsip politik dan sentimen identitas menekankan bahwa bangsa (nation) merupakan konstruksi ideologi untuk menemukan keterkaitan antara kelompok kebudayaan dan negara, serta menciptakan komunitas abstrak (abstract communities) dari keteraturan yang berbeda dari negara dinasti atau komunitas berbasis kekerabatan. Cara strategis untuk memperkuat atau mencegah semakin goyahnya sentimen-imajinatif nasionalisme tersebut, yakni melalui pendidikan. Pemikiran kritis-ilmiah yang menjadi substansi isi buku ini yaitu kurikulum pendidikan yang strategis dalam memperkuat sentimen-imajinatif nasionalisme dalam kebudayaan; mendekatkan proses belajar siswa dengan kekayaan lingkungan yang nyata (negara); menekankan kreativitas siswa sebagai subjek yang mengeksplorasi dan menjelaskan lingkungannya; proses pembelajaran tersebut seyogianya akan meningkatkan kesadaran, penghargaan, serta kecintaan terhadap lingkungan dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Inilah yang dinnaksud dengan pendekatanÊenvironasionalismeÊyang dipandang sebagai wujud pendidikan konstruktivisme masa kini. Topik utama buku Environasionalisme: Suatu Wujud Pendidikan Konstruktivisme ini membahas perihal: (1) Konstruktivisme dan Pendidikan; (2) Konstruksi Nasionalisme; (3) Pendidikan Konstruktivisme; (4) Model Pendidikan Nasionalisme Berbasis Konstruktivisme: Environasionalisme; serta (5) Aplikasi Pendidikan Environasionalisme.