Faiq memang dikirim ke Jakarta (UIN) untuk kuliah. Di Jakarta inilah dia menyesuaikan diri dengan kehidupan anak muda Jakarta. Karena tidak ada kiriman uang dari ibunya, dia juga struggle berjuang untuk bisa hidup di Jakarta dan membiayai kuliahnya sendiri.
Pengaruh ibukota membentuknya sehingga ia menentukan jalan hidup yang berbeda dengan apa yang sudah dipilihkan oleh orang tuanya. Termasuk soal cinta. Semuanya membentuk dirinya menjadi pribadi yang baru, dinamis, progressif dan beda. Dia nyaman dengan ini sampai akhirnya kenyataan bahwa ia pewaris dari tradisi pesantren mengundangnya 'pulang' kembali.
Setelah melalui perdebatan alot dan pertentangan dilema yang tak mudah, akhirnya Faiq mengalah dan kembali ke kota kecilnya. Membuka kafe berlayanan internet karena hanya bisnis itulah yang dikuasainya. Sementara mengajar sekolah swasta yang juga dilakoninya jelas– jelas bergaji sangat kecil. Usaha kafe berlayanan internetnya ditentang habis–habisan oleh keluarga besar. Sang ibu berada dalam situasi terjepit antara membela anak sulungnya dan hujatan keluarga.
Bagaimana kelanjutan kisah Faiq?
Arsitek yang suka jalan-jalan, nulis fiksi dan non fiksi