Aku tak ingat seperti apa rasanya tidak mengenal Natan. Aku tak bisa membayangkan seperti apa rasanya tidak mencintai dia. Melihat dirinya dan menyadari aku telah menemukan apa yang selama ini begitu kudambakan, tanpa kuketahui. Rasa lapar yang begitu dalam, begitu dahsyat dan membuatku terjerumus ke dalam malam, sehingga aku takut bukan kepalang. Tahun 1829, di sebuah kota kecil di Islandia Utara, Agnes Magnúsdóttir menunggu pelaksanaan hukuman mati atas dirinya. Karena tak ada penjara untuk menampungnya, Agnes ditempatkan di rumah keluarga Petugas Wilayah Jón Jónsson. Merasa tak nyaman ada pembunuh di tengah mereka, keluarga itu memperlakukan Agnes dengan dingin. Yang mau berusaha memahaminya hanya Asisten Pendeta Thorvardur “Tóti” Jónsson yang ditugaskan untuk mempersiapkan Agnes menjemput maut. Sejak kecil, Agnes hidup dari belas kasihan orang lain dan bekerja berpindah-pindah sebagai pelayan. Kecerdasannya, cara bicaranya yang dianggap asing, dan pengetahuannya tentang kisah-kisah dari buku, membuat orang-orang menjauhinya; nyaris tak seorang pun tahu seperti apa dia sesungguhnya. Agnes jatuh cinta pada Natan Ketilsson, orang pertama yang melihat dia sebagaimana adanya, dan dia pun pindah ke pertanian Natan di tepi laut, tempat sunyi yang hanya dihuni segelintir orang. Namun impiannya akan kehidupan yang lebih baik musnah. Natan Ketilsson tewas dibunuh, dan Agnes menjadi salah satu tertuduhnya Sambil menunggu ajal, Agnes menjalani hidup di tengah keluarga Jónsson, membantu pekerjaan sehari-hari dan meringankan beban mereka. Lambat laun sikap keluarga Jónsson mulai mencair. Mereka ikut mendengarkan ketika Agnes menuturkan kisah hidupnya kepada Tóti. Hari-hari bergulir tanpa terasa, dan tanggal pelaksanaan hukuman mati semakin dekat…