Kiai Ibrahim dan Bambu

· Deepublish
eBook
241
페이지

eBook 정보

Dalam kajian yang komprehensif ini, Iwan Mucipto Muliono, memaparkan penjelasan yang mendalam dan unik mengenai Kiai Ibrahim dan Bambu.

Buku ini adalah yang keempat dari seri kiai Ibrahim. Dalam seri itu, diceritakan bagaimana kiai Ibrahim disela-sela pekerjaanya sebagai professor mengajak dua sahabat yang kebetulan keduanya bernama Iwan untuk mendalami apa yang dialami sebagai keseharian dengan menulis. Menurut pendapat kiai Ibrahim, perintah untuk membaca, dan perintah untuk mencari ilmu sampai di Cina harus diartikan seluas-luasnya Namun ilmu adalah produk sosial, jika tidak dirumuskan dan diutarakan untuk berbagi kemudian menjadi pembicaraan, maka kurang berkembang dan kurang bermanfaat. Namun jika hanya dibicarakan maka bisa-bisa menjadi gosip, dan membahayakan, karena ditafsirkan dengan tidak jelas dan salah. Kata-kata menurut kiai Ibrahim adalah bagaikan jasad renik, ada yang baik dan ada yang jahat dan keduanya berlomba dalam berkembang biak dan menyebar. Dan bagai virus bermutasi menyesuaikan terhadap keadaan, mengubah pesan dan makna. Kata-kata sebagai pembawa pesan yang bijak bisa berubah dalam perjalananya dari mulut ke mulut menjadi liur liar beracun menyebarkan kematian. Maka kata kiai Ibrahim, bacalah—tetapi lalu pikirkanlah, dan cara terbaik untuk sampai disana, sampai pada memikirkan, adalah: menulislah! Dan karena tulisan pun ditafsirkan, pasti ditafsirkan dan harus ditafsirkan, menulis itu harus dengan sebaik-baiknya, agar kemungkinan disalah artikan sekecil-kecilnya.

Penafsiran, kata kiai Ibrahim, adalah hal pasti karena manusia yang membaca dan menulis bukan computer yang dapat melakukan copy & paste dengan sempurna. Dengan catatan, computer tidak dapat mengartikan dengan berdaya cipta lalu menciptakan makna, yang merupakan segi dari penafsiren. Computer tidak dapat mengartikan dalam berbagai konteks, memberi komentar bermutu, membenarkan atau membantah, mempertajam atau menyangkal. Kecuali kalau deprogram mahluk yang mampu melakukan itu semua. Begitupun arti “ayat” harus ditafsirkan seluasnya. Dimana ayat itu bukan hanya apa yang tersurat tetapi apa yang menampakan diri secara tersirat dalam alam fisik yang luas dan kehidupan manusia yang berlangsung dalam alam sosial. Ayat adalah jendela dalam suatu rumah, kata kiai Ibrahim. Dimana jendela itu ada agar ada cayaha masuk rumah dan angin segar jika dibuka, dan untuk dapat melihat keluar. Tetapi tidak semua orang mengerti jendela. Ada orang yang selalu menutupnya rapat-rapat agar debut dan nyamuk tak masuk ruangan, dan dalam cahaya redup yang masuk dari jendela itu dihitung kursi dan meja dalam ruangan dan diukur jarak dari tembok ke tembok, dan lalu dikatakan ini dunia kami . Ada juga yang berada diluar tetapi mengintip nukedalam, merindukan untuk masuk, karena takut dengan keragaman dunia yang membingunkan. Tetapi ada yang berada di dalam melihat keluar melihat halaman dan pepohonan dan gunung dibalik pepohonan dan langit diatasnya yang berubah-ubah dari gelap ke terang dan mereka lalu rindu untuk keluar, merasa tanah dan rumput di kakiknya dan angin dan hangatnya matahari di wajahnya, dan ia makin jauh dan dunia makin terbuka bagi dirinya dan ia makin tahu dan mencari tahu. Tetapi yang didalam rumah bisa khawatir dan merasa ditinggalkan dan akan mencegah sang petualang keluar dengan seruan, cukup! Semua bisa dilihat dari sini, seluruh dunia dan seluruh alam raya dan seluruh keberadaan—dan jangan keluar nanti tersesat dan sesat!

Buku Kiai Ibrahim dan bambu ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

읽기 정보

스마트폰 및 태블릿
AndroidiPad/iPhoneGoogle Play 북 앱을 설치하세요. 계정과 자동으로 동기화되어 어디서나 온라인 또는 오프라인으로 책을 읽을 수 있습니다.
노트북 및 컴퓨터
컴퓨터의 웹브라우저를 사용하여 Google Play에서 구매한 오디오북을 들을 수 있습니다.
eReader 및 기타 기기
Kobo eReader 등의 eBook 리더기에서 읽으려면 파일을 다운로드하여 기기로 전송해야 합니다. 지원되는 eBook 리더기로 파일을 전송하려면 고객센터에서 자세한 안내를 따르세요.