Pertama kehilangan kakak sulungku yang merupakan anak kebanggaan keluarga termasuk bagi ibuku. Anak yang begitu istimewa menurut kami karena sedari kecil selalu mengukir prestasi hingga akhirnya bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri. Namun di saat hidupnya yang kami banggakan mencapai puncak kejayaannya, monster itu seenaknya merenggutnya.
Setelah sebelumnya dia juga merenggut kakak keduaku yang dikenal sangat dermawan dan ramah semasa hidupnya, hingga diriku dan begitu banyak orang menangis menatap jasadnya. Bahkan ketika hendak dimakamkan, berduyun-duyun teman, kaum kerabat mengerubunginya. Begitu juga orang-orang yang hendak menshalatinya di masjid, berebut tempat hingga penuh sampai keluar halaman. Seolah-olah mereka tak ingin melewatkan hari terakhir bersama sebelum dimakamkan. Dan korban berikutnya ibu yang sangat kami sayangi dan kagumi. Sosok yang luar biasa bagi kami karena ketabahannya merawat sebelas orang anak di tengah kesulitan ekonomi. Terakhir, kakak ketigaku yang dipanggil oleh Tuhan sebelum sempat bertemu jodohnya di dunia akibat leukimia. Yah, ia menghembuskan nafas terakhirnya di usia muda sebelum merasakan indahnya pernikahan.
Kerap kusesali, mengapa Tuhan tak pernah mencegah di saat "monster" itu datang mengunjungi satu persatu orang yang kucintai? Lalu membawa mereka pergi dengan cara yang tak ingin kami ingat seumur hidup karena begitu menyakitkan. Monster yang telah meninggalkan bekas trauma dihatiku dan keluargaku, hingga kecemasan dan ketakutan selalu menggelayutiku. Ya monster yang sedikitpun tak mengenal rasa cinta saat sudah berhadapan dengan korbannya. Mengapa oh mengapa? Sang Pemilik hidup tak mengulurkan pertolongan dan keajaiban-Nya di saat monster itu telah semena-mena menyakiti dan mengambil paksa orang-orang terbaik dikeluargaku.