Buku ini hadir sebagai respons atas gerakan sempalan ekstremisme tersebut. Berwujud paradigma kontekstual yang moderat, humanis, dan egaliter. Buku ini dengan tegas menolak keberadaan kelompok keagamaan manapun yang merenggut hak minoritas. Sebab, dalam kacamata sosiologis keberadaan agama bukan hanya sebagai nilai spiritual, tetapi juga mengedepankan aspek moral.
Khalid Rahman adalah seorang anak desa yang dilahirkan tepatnya tanggal 6 Mei 1985 di Tuban. Beliau menghabiskan waktu belajarnya sejak bangku sekolah dasar dan menengah di desa dan kecamatannya yaitu SDN Jenu dan MTs Manbail Futuh Beji Jenu. Pada studi selanjutnya penulis belajar merantau dan menghabiskan waktu studi di Madrasah Aliyah Negeri Denanyar Jombang dengan Program Keagamaan (MAKN). Setelah lulus dari madrasah aliyah, penulis melanjutkan studi pada jenjang perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri Malang tahun 2004, dan meraih beasiswa lulusan terbaik tahun 2008 sehingga mendapatkan biaya kuliah S2 gratis di kampus tersebut. Di tahun 2012 penulis telah menyelesaikan pendidikan S2 nya di kampus yang sama. Pengalaman nonakademik penulis sejak di bangku sekolah menengah pertama sudah aktif sebagai organisatoris OSIS sebagai bendahara, pramuka, dan PMR. Pengalamannya berorganisasi ini menjadi bekal penting menapaki pengalaman organisasi yang lebih tinggi. Di tingkat sekolah menengah atas, penulis juga aktif sebagai pengurus kependidikan (ketarbiyahan) di pesantren Manbaul Maarif Denanyar Jombang. Pengalaman-pengalaman organisasi seperti ini, mampu mengasah potensi penulis hingga di bangku kuliahan, penulis mendapat amanah sebagai ketua HMJ-PAI 2006 dan ketua BEM fakultas tarbiyah 2007.
Aditia Muhammad Noor lahir di Subang Jawa Barat tepatnya 27 Juli 1996. Menapaki jenjang pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Rosela Indah Subang, lalu SMP Modern Riyadlul Jannah Subang dan SMA Riyadlul ‘Ullum Wadda’wah Tasikmalaya. Pada jenjang strata S1 ia mulai menggeluti pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim pada tahun 2014 pada prodi Pendidikan Agama Islam dan tecatat sebagai mahasisiwa International Class Program (ICP). Tak menyulutkan semangat belajarnya ia pun melanjutkan hingga jenjang magister pada tahun 2018 sebagai penerima beasiswa dari Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (KEMENPORA). Di tahun 2020 penulis menyelesaikan pendidikannya tepat waktu dengan predikat cumlaude. Sebagai sosok yang lahir dari keluarga sederhana, ia pun terbiasa hidup dalam tradisi pesantren selama kurang lebih 12 (dua belas) tahun, sebab baginya pesantren bukan hanya tempat bernaung, melainkan central of excellent dan wahana edukasi yang kaya akan khazanah keilmuan Islam. Selain pernah mengajar di salah satu SMP favorit di kota Malang ia pun aktif dalam berbagai bidang organisasi selama di bangku perkuliahan, mejadi Ketua Himpunan, angota Dewan Eksekutif Mahasiswa dan terlibat organisasi ekstra kampus adalah titik semangat berorganisasi yang melekat hingga kini. Menjadi seorang akademis yang aktivis merupakan tolok ukur untuk meningkatkan skill dan soft skill.