Kemajuan teknologi memberikan efek yang terus berubah pada gaya hidup masyarakat. Misalnya, teknologi seluler telah meningkatkan akses individu ke informasi secara global sejak layanan nirkabel tersedia bagi masyarakat umum (King et al., 2013; Lee et al., 2014). Penggunaan tek-nologi yang sering juga memperkuat kebiasaan memeriksa teks dan info media sosial. Pola penggunaan smartphone yang berlebihan ini memiliki potensi konsekuensi negatif jangka pendek, seperti gangguan belajar di kelas dan peningkatan tingkat kecemasan (Cheever et al., 2014; Dietz dan Henrich, 2014; Lee dkk., 2017; Mendoza dkk., 2018; Ravizza dkk., 2014; Ruston dkk., 2017; Thornton et al., 2014). Lebih penting lagi, perkembangan teknologi ini juga memiliki potensi konsekuensi jangka panjang dengan memicu munculnya gangguan kepribadian, bahkan da-pat memperburuk gangguan kepribadian yang ada (misalnya, obsesif-kompulsif), kecemasan interaksi sosial, dan kecanduan internet atau smartphone (Bragazzi dan Del Puente, 2014).
Masalah ini telah mendorong munculnya beberapa metode baru un-tuk menilai pengaruh teknologi pada perilaku (Bragazzi dan Del Puente, 2014; Lin et al., 2014; Yildirim dan Correia, 2015; Yildirim et al., 2016). Data terbaru dari Pew Internet dan American Life Project menemukan bahwa sekitar 91% individu di Amerika Serikat memiliki dan sering menggunakan smartphone (Smith dan Page, 2015). Penggunaan smart-phone yang sering (dan mungkin kompulsif) berkorelasi positif dengan kecanduan smartphone, kecemasan, depresi, dan stres (Bianchi dan Phillips, 2005; Billieux et al., 2015; Lee et al., 2014; Lin dkk., 2014; Nikhita dkk., 2015; Roberts dan Pirog, 2013; Takao dkk., 2009; Thom ee et al., 2011). Penggunaan smartphone yang berlebihan telah memun-culkan masalah sosial, dan kemungkinan ke depannya akan menjadi lebih serius akibat popularitasnya yang semakin meningkat.
Masalah baru yang muncul dikenali sebagai kecemasan dan ketakutan tanpa smartphone yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis indi-vidu yang disebut sebagai nomophobia (Bragazzi dan Del Puente, 2014; Dixit et al., 2010; King et al., 2010; King et al., 2013; Raja dkk., 2014; Lee dkk., 2014; Yildirim dan Correia, 2015; Yildirim dkk., 2016). No-mophobia adalah singkatan dari "no mobile phone phobia" yang berasal dari penggunaan smartphone berlebihan. Individu yang memiliki tingkat nomophobia tinggi cenderung memeriksa pesan teks atau media sosial secara berlebihan dan kesulitan memperhatikan tugas sehari-hari karena takut kehilangan keterhubungan dan/atau kemampuan untuk mengakses informasi (Yildirim dan Correia, 2015; Yildirim et al., 2016).
Triantoro Safaria lahir di Pangkalan Brandan, Suma-tra Utara, 23 Februari 1974. SD sampai SMP ia selesaikan di Pangkalan Brandan, sementara SMU ia tamatkan di Yogyakarta. Ia meraih gelar sarjana Psikologi S1 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan ke S2 dalam minat utama Psikologi Klinis dan Program Profesi Psikolog di UGM. Program S3 diselesaikannya dalam waktu tiga tahun di University Malaysia, Pahang, dengan disertasinya tentang stres kerja pada staf akademik universitas di Pahang (Malaysia) dan Yogyakarta (Indonesia).
Semasa mahasiswa pada tahun 1998-1999, penulis terlibat aktif dalam membina anak-anak jalanan pada LSM CHURDES (Center of Human Resources Development for Society). Tahun 2013, ia mengikuti kegiatan postdoctoral research di Massey University, Albany, New Zealand. Sejak tahun 2005 hingga sekarang, penulis bekerja sebagai staf akademik di Magister Profesi Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Buku yang pernah ditulisnya antara lain Menjadi Pribadi Berprestasi: Strategi Kerasan Kerja di Kantor, Kepemimpinan, Creativity Quotient, Spirituality Quotient, dan Emotion Management: Panduan Mengelola Emosi Anda, dan Psikologi Abnormal. Penulis juga telah menerbitkan beberapa artikel penelitiannya di beberapa jurnal internasional seperti International Journal of Psychological Studies, International Journal of Humanities and Social Science, Current Research Journal of Social Sciences, International Education Studies, International Journal of Evaluation and Research in Education, International Journal of Research Studies in Psychology, dan International Journal of Public Health Science. Penulis dapat dihubungi melalui akun Facebook dan e-mail di safaria_diy@yahoo.com.
Nofrans Eka Saputra lahir di Jambi pada 12 November 1984. Gelar sarjana psikologi diraih di UAD pada tahun 2007, dan gelar master psikologi dia raih di UGM pada tahun 2011. Sekarang menjadi dosen d i Universitas Jambi (UNJA). Penulis memiliki banyak pengalaman penelitian, menulis banyak buku, dan artikel-artikelnya sudah banyak dimuat di berbagai jurnal nasional dan internasional. Penulis dapat dihubungi melalui a lamat surel: nofransekasaputra@unja.ac.id.
Diana Putri Arini lahir di Palembang, Sumatra Selatan, pada 20 Desember 1993. Penulis adalah psikolog klinis yang memiliki keahlian di bidang konseling berbasis gender, asesmen alat tes psikologi, psikodrama, dan art therapy. Sejak 2019, penulis menjadi dosen psikologi di Universitas Katolik Musi Charitas. Penulis juga aktif di Himpunan Psikologi (Himpsi) dan Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Wilayah Sumatera Selatan. Pada 2013-2015, penulis pernah menjadi konselor psikologis di WCC Rifka Annisa (Yogyakarta). Pada 2016-2018, menjadi konselor psikologis Balai Rehabilitasi Sosial Wanita (Yogyakarta). Pada 2018-2019 menjadi psikolog klinis di RSU. Bantul (Yogyakarta). Penulis dapat dihubungi melalui instagram: diana_putri_arini dan lenterajiwa_plg, atau melalui alamat surel: dianaputriarini@gmail.com.