Informacje o e-booku
"Harusnya kamu itu segera menceraikan Hasna! Buat apa menikah hampir tujuh tahun tapi belum punya anak!"
Meski Hasna masih berada di luar rumah, namun suara Murni terdengar sampai di luar rumah. Hasna mengusap dadanya berusaha lebih sabar. Hampir saja air mata mulai menggenang, hanya saja Hasna berusaha tetap sabar. Sabar atas perlakuan Murni selama tujuh tahun ini.
"Tapi, Bu. Rendi belum bisa menceraikan Hasna!" Ada rasa tenang saat Rendi mencoba membela namanya di depan sang Ibu. Setidaknya ada angin segar dari setiap hinaan yang dilontarkan Murni.
"Pokoknya, Ibu ingin kamu menikah lagi dengan Sari. Kamu masih ingat Sari anak juragan udang itu kan? Dia sekarang sudah menjadi dokter." Sosok nama yang sangat dibenci Hasna. Sari adalah salah satu teman masa sekolahnya yang ternyata sangat mencintai suaminya. Hasna menguatkan hatinya untuk menemui Ibu dan Iparnya di dalam. Tidak lupa dipanjatkan kata "Bismillah" sebelum mengucapkan salam.
"Assalamu alaikum!"
"Waalaikumsalam," sahut Rendi menjawab salam Hasna. Sedangkan Murni dan Irma, hanya meliriknya saja tanpa mau ikut menjawab salam atau menyapanya.
"Ibu," Hasna hendak meraih tangan Murni untuk mencium punggung telapak tangannya, hanya saha ditepisnya. Hasna memejamkan kedua matanya sejenak mencoba tetap bersabar.
"Tidak perlu basa basi, Hasna!" Murni kembali duduk dengan satu kaki disilangkan di atas kaki kanannya.
