"""Begitu tiba di taman, Echa memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Senyum manis terkembang lebar di bibirnya. “Lo ngapain, Cha? Lagi syuting iklan? Kok pose lo kayak gitu?” Mata Echa langsung terbuka mendengar suara yang amat dikenalnya itu. Dengan sinis, Echa melirik Evan yang entah sejak kapan berada di hadapannya. “Lo lagi, lo lagi. Kenapa sih lo selalu muncul di deket gue? Lo ngefans ya sama gue? Nggak bisa ya sebentar aja nggak deket sama gue?” “Gue punya radar terhadap orang-orang aneh, Cha.” “Maksud lo, gue termasuk orang aneh gitu?” “Menurut lo, aneh nggak kalau lo merem-merem nggak jelas di saat semua anak yang lain pada sibuk angkat- angkat barang?” Sepanjang masa SMA, belum pernah Echa membenci seseorang seperti dia membenci Evan. Sejak awal pertemuan mereka, Evan tak henti-hentinya mengganggu hidupnya. Karena itu, Echa jadi bingung setengah mati saat tiba-tiba Evan mengungkapkan cinta lewat puisi. Namun, saat Echa menyadari dirinya juga menyukai Evan, ternyata puisi Evan hanyalah salah satu trik cowok itu untuk mengganggu hidup Echa.…"""