Menyandingkan Soekarno dan NU dalam spektrum politik kebangsaan yang mencita-citakan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, sepintas tampak mengada-ada. Soekarno adalah seorang nasionalis sejati, sementara NU adalah lembaga keagamaan tradisional yang kelahirannya lebih karena faktor paham keagamaan. Akan tetapi, buku ini membuktikan bahwa keduanya justru bertemu dalam satu titik yang sama dan sebangun: nasionalisme. Soekarno memosisi¬kan nasionalisme dalam usaha perlawanannya terhadap penjajah, sementara NU memaknainya dalam semangat hubbul wathon minal iman.