“Tan, jelas, tidak memperlakukan komunisme sebagai satu ideologi; ia adalah metode. Satu alat berpikir sistematis untuk membedah realitas dan menganalisis bagaimana seyogianya pergerakan digulirkan, pembagian wewenang dilangsungkan, dan pengorganisasian kerja ditata. Ia menggunakannya ketika harus mengkritik Sukarno yang partainya terlalu disibukkan dengan memikat rakyat dengan kata-kata, 'grande-eloquence,' dan kehilangan pijakan bagaimana mengorganisir serta mendisiplinkan mereka. Dan, tentu saja, ia menggunakannya untuk menggerakkan orang-orang agar mau berdiri di hadapan kolonialisme Eropa saat itu.”—Geger Riyanto, Esais dan peneliti sosiologi. Mengajar Filsafat Sosial dan Konstruktivisme di UI. Bergiat di Koperasi Riset Purusha.
“Ia adalah penggagas awal Republik Indonesia. Gagasannya menjadi pegangan, pemikirannya diikuti tokoh-tokoh pergerakan. Tan Malaka adalah orang pertama yang memperkenalkan kata yang belum terpikirkan para pendiri negeri saat itu.”
—Najwa Shihab, Jurnalis dan Duta Baca Indonesia periode 2016–2020.