Π ΠΎΠ²ΠΎΡ Π΅-ΠΊΡΠΈΠ·ΠΈ
Suamiku mengelap keringat dan mencium keningku, seperti biasa aku harus menelan rasa kecewa karena tak pernah mendapatkan kepuasan setiap kali melakukan hubungan dengan suamiku.
"Maaf ya, aku masih belum bisa membuat kamu menggapai kepuasan batin," jawab suamiku.
Aku hanya tersenyum getir, meski sesungguhnya rasa di hatiku benar-benar kecewa. Sudah lebih dari satu tahun aku harus bertahan dengan keadaan ini.
Aku merasa sangat lelah, terkadang hanya sebuah video-video di situs dewasa yang akhirnya mampu membuatku merasakan kepuasan itu seorang diri.
......
Pagi itu, Mas Abram, suamiku pamit bekerja seperti biasa. Ia di antar oleh Panji, lelaki muda baru saja yang bekerja menjadi supir di rumah ini selama beberapa bulan.
"Oh iya Mas, nanti aku mau ke rumah ibu. Disana ada arisan, nggak apa kan?" tanyaku.
"Iya nggak apa-apa, biar nanti Panji antar kamu setelah dia antar aku ke kantor. Jangan sendirian ya, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa," ucap suamiku.
Mas Abram pun pergi bersama Panji, sementara aku segera mandi dan bersiap-siap pergi sebelum Panji pulang dan menjemput ku pergi ke rumah ibu.
