Tukar Takdir menceritakan perkara yang kita takuti dan pasti terjadi dalam 12 nasib yang salah satunya mungkin pernah, sedang, atau akan jadi milikmu. [1] “Seandainya aku benar-benar bisa mengulang waktu, apakah aku akan bisa mengubah nasibku dan penumpang lainnya? Atau cuma repetisi tragedi semata?” [2] “Saya seperti luwak yang harus merasa bersalah kalau nggak berak karena sudah diberi kandang dan makanan.” [3] “Kamu nggak perlu bohong, tapi nggak perlu jujur juga, kita jebak para tahi cecak itu ke alam asumsi mereka sendiri.” [4] “Godaan setan, penolakan batin, dan rintihan silih berganti menghantuiku.” [5] “Aku baru tahu bahwa aku ini berbeda saat Mama memperlihatkan foto-fotoku pentas seni taman kanak sedang tampil menari.” [6] “Kite diguna-guna, Mak! Pasti ada yang sirik banget karena warung kite laku keras!” [7] “Aku tak tahu pasti apakah Mamah sedang butuh pelarian, atau sudah telanjur terbutakan cinta—atau sudah pasrah menerima kenyataan bahwa lelaki sering berbohong.” [8] “Saya selama di sini sering menyaksikan mereka yang datang berharap-harap romansa, pulang-pulang hati babak belur.” [9] “Kehilangan sahabat saja sudah perih, apalagi kehilangan sahabat yang mengandung masa depanmu; anak-anakmu.” [10] “Seindah-indahnya kenangan, kalau diingat dalam keadaan buruk, bisa berbalik menyengsarakan.” [11] “Kami juga bisa tampil rupawan. Kami tak selamanya akan menggentayangi tempat gelap dan sepi.” [12] “Pantas saja kematian tetap jadi misteri, karena setiap yang tahu, akan dibuat terbungkam saat terlahir kembali.”