Om den här e-boken
"Sama-sama, kamu juga sangat perkasa, melebihi mas Andre." Sandra tersenyum. Tangan kanannya terus bergerak untuk menyentuh dada bidang Bima.
"Ya sudah sekarang cepat pakai pakaianmu. Jangan sampai Salsa curiga," titah Bima. Sejujurnya ia masih ingin melanjutkan permainannya, namun akan sangat berbahaya jika putrinya sampai mengetahuinya.
Sandra segera bangkit dan memunguti pakaian miliknya yang berserakan di lantai. Gegas, wanita dengan rambut sebahu itu segera memakai pakaiannya. Begitu juga dengan Bima. Lelaki dengan rahang kokoh itu langsung mengambil kemejanya dan memakainya.
"Mas, kenapa kamu enggak cerai saja dari Arini sih. Apa hebatnya dia, wanita lemah seperti itu," ujar Sandra seraya memakai pakaiannya.
"Sulit, karena mama dan papa sangat menyayangi Arini." Jawaban yang Bima lontarkan membuat Sandra terdiam sejenak.
"Sandra, aku keluar dulu ya." Bima mencium kening Sandra, setelah itu ia bergegas keluar dari kamar. Sementara itu Sandra segera merapikan penampilannya, agar Salsa tidak curiga, begitu juga dengan Arini.
Kini Bima sudah turun ke bawah, lelaki itu segera keluar dan bergegas untuk kembali ke kantor. Beruntung Arini belum pulang, jika sudah akan sulit untuk mencari alasan. Mobil yang Bima bawa kini telah melesat jauh menuju ke perusahaan yang ia kelola.
