WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKU: Ketika aku pura-pura bangkrut

· MDP
4.8
6 izibuyekezo
I-Ebook
1640
Amakhasi

Mayelana nale ebook

[Andra, kamu sudah transfer uangnya belum? Kebetulan ada yang mau Mas sama Mbakmu beli ini. Jangan lupa segera transfer tiga puluh juta. Mas sama Mbakmu mau beli ponsel merk ipul yang logonya biji kroak]

[Siap, Mas, nanti sekitar jam lima aku akan transfer, sekalian aku juga mau keluar]

Mataku memicing saat tanpa sengaja membaca kata demi kata yang tertera di layar ponsel milik suamiku.

Mas Andra sedang berada di kamar mandi karena aku mendengar gemericik air dari dalam ruangan dengan ukuran 3x2 tersebut.

Ak men-scroll layar tersebut hingga ke beberapa nama dan akhirnya mataku tertuju pada satu nama yakni ibu mertua. Kubuka chat atas nama ibu mertuaku itu dan mulai membacanya

[Andra, jangan lupa jatah Ibu bulan ini ditambhin ya soalnya ada perhiasan yang Ibu taksir. Harganya sekitar dua puluh juta. Ibu tunggu hari ini juga ya]

[Iya, Bu, Andra enggak lupa kok. Pasti Andra transfer. Tapi nunggu Kinan pulang dulu soalnya uang di atm Andra lagi habis]

[Yaudah kalau begitu yang penting jangan lupa ya. Ingat Andra, kamu harus pintar-pintar jadi suami. Selagi bisa kamu keruk harta istri kamu maka keruklah kalau bisa habiskan dan berikan semuanya pada keluarga kita]

Aku segera mengembalikan ponsel mas Andra yang tergeletak di atas nakas. Aku tidak mau dia tahu kalau aku juga membaca chat dari keluarganya. Aku mendesah pelan berusaha menghilangkan sesaknya dada. Entah sejak kapan keluarga suamiku selalu merongrong keuangan rumah tanggaku.

Bukannya aku tidak boleh, tentu saja boleh kalau itu sesekali. Akan tetapi, keluarga mas Andra setiap bulannya tidak pernah absen. Mungkin kalau ibu mertua aku masih mentolerir tapi untuk kakaknya yang berstatus sebagai suami yakni, mas Fatih bagaimana? Bukankah tanggung jawab keluarganya ada di pundak dia sebagai kepala keluarga? Hah entahlah aku pusing.

Aku pun sudah sejak sebulan yang lalu tahu perihal keluarga suamiku yang ternyata tidak tulus menyayangiku sebagai menantu dan ipar. Aku secara tidak sengaja mendengar percakapan mereka soal bagaiamna mas Andra harus merongrong hartaku.

Masih lekat juga dalam ingatan saat aku mengadukan hal ini pada sahabatku yaitu Laras.

"Kinan coba deh kamu berpura-pura bangkrut biar kamu tau wajah asli keluarga suamimu seperti apa. Selama ini kan mereka selalu berbuat baik di depanmu makanya kamu kayak gak punya alasan buat menolak apa yang mereka mau kan?"

"Tapi apa kamu yakin kalau itu akan berhasil?"

"Kalau enggak dicoba mana kita tahu kan?"

"Iya sih. Tapi kalau mereka gak percaya gimana coba? Suamiku sangat tahu kalau penghasilan toko grosir dan beberapa cabang resto ayam geprek di beberapa kecamatan selalu rame. Belum lagi toko baju milikku juga selalu rame"

"Ck, cobalah dulu. Atau gini aja kamu ultimatum karyawan-karyawanmu untuk mengatakan kalau pemilik tempat mereka bekerja sudah bukan punya kamu lagi. Gimana?"

"Kamu yakin ini akan berhasil?"

"Dicoba saja."

"Aku alasan apa kalau suamiku tanya kenapa dijual semua usahaku?"

"Ya simpel aja, kamu jawab untuk menutupi kebutuhan hidup keluargamu dan keluarganya yang selalu merongrong seperti itu. Ditambah lagi harga bahan semakin mahal sedangkan jika dinaikkan harga jual maka pembeli akan sepi alhasil pengeluaran dan pemasukan tidak imbang."

Aku mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti dengan apa yang Laras katakan.

"Baik, akan aku coba usulanmu ini. Semoga berhasil ya, jujur aku lelah sekali menjadi atm berjalan keluarga suamiku."

"Kamu yang sabar ya. Aku selalu ada bersamamu pokoknya kalau butuh sesuatu kamu jangan segan-segan bicara padaku. Kakakmu sudah menitipkanmu padaku maka kamu menjadi tanggung jawabku."

Yah, Laras dan kakak laki-lakiku satu-satunya akan segera menikah. Namun, kakak lelakiku itu harus bekerja di luar kota jadi jarang pulang ke sini. Alhasil aku dan kakakku harus berpisah jarak. Aku juga sudah mengamankan surat-surat berharga seperti surat tanah, surat rumah juga surat kendaraan di bank. Itu juga atas usulan Laras agar semuanya tidak bisa diusik mas Andra begitu saja.

"Sayang? Kamu sudah pulang? Kok tumben cepat? Dan lagi Kok gak kedengeran suaranya?" Ucapan mas Andra membuyarkan lamunanku. Aku pun menoleh ke arahnya, beruntung aku sudah mengembalikan ponselnya ke atas nakas lagi.

"Ah iya kebetulan kepalaku lagi sakit makanya aku pulang duluan dari biasanya."

"Emm, Dek, ada yang mau aku bicarakan sama kamu."

Dapat kulihat dari ekor mataku mas Andra mendaratkan bokongnya di atas kasur yang ada di sebelahku. Aku sangat tahu dia pasti mau melancarkan rayuan mautnya seperti biasa jika ingin meminta sesuatu padaku terlebih soal uang.

Mas Andra memang pengangguran berat. Alasan sebenarnya sungguh bikin kesal karena katanya tidak ada kerjaan yang cocok untuknya selain kerjaan bonafit seperti manajer atau direktur.

Ingin sekali aku tertawa terbahak mendengar ucapannya yang seperti itu. Bagaimana bisa seorang lulusan SMA menjabat sebagai manajer atau direktur. Ingin sekali rasanya kutimpuk kepalanya agar sedikit benar otaknya yang rada geser itu. Namun, karena terlalu bucinnya diriku pada mas Andra membuat aku mengiyakan apa yang diucapkannya meski itu susah menzalimiku.

Akan tetapi, kini aku tidak mau lagi dijadikan sapi perah oleh keluarga suamiku. Dan aku menyetujui usulan yang Laras berikan. Baiklah, aku akan mencobanya.

"Dek, kok kamu melamun sih?" Aku tersentak melihat mas Andra melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Ya, Mas, ada apa? Katakanlah."

"Emm uang di atm Mas kan sudah habis. Tolong kamu kirim ke Mas seratus juta ya. Soalnya mau ada yang Mas beli."

Aku berpura-pura mengernyitkan dahi mendengar ucapannya. Meski tadi sudah membaca pesan dari keluarga mas Andra tapi tetap saja rasa sesak itu masih ada.

"Seratus juta? Untuk apa, Mas?"

"Untuk bisnis kebetulan teman Mas ada yang buka usaha seperti cafe kekinian gitu. Yah lumayan kam targetnya anak muda jadi Mas bernia tanam saham di sana biar setidaknya Mas juga ada pemasukan tanpa harus minta ke kamu."

Aku menghembuskan napas untuk mengumpulkan kekuatan. Baiklah Kinan, mari kita mulai sandiwara ini.

"Tapi, Mas, ada yang mau aku bicarakan juga sama kamu."


Izilinganiso nezibuyekezo

4.8
6 izibuyekezo

Nikeza le ebook isilinganiso

Sitshele ukuthi ucabangani.

Ulwazi lokufunda

Amasmathifoni namathebulethi
Faka uhlelo lokusebenza lwe-Google Play Amabhuku lwe-Android ne-iPad/iPhone. Livunyelaniswa ngokuzenzakalela ne-akhawunti yakho liphinde likuvumele ukuthi ufunde uxhunywe ku-inthanethi noma ungaxhunyiwe noma ngabe ukuphi.
Amakhompyutha aphathekayo namakhompyutha
Ungalalela ama-audiobook athengwe ku-Google Play usebenzisa isiphequluli sewebhu sekhompuyutha yakho.
Ama-eReaders namanye amadivayisi
Ukuze ufunde kumadivayisi e-e-ink afana ne-Kobo eReaders, uzodinga ukudawuniloda ifayela futhi ulidlulisele kudivayisi yakho. Landela imiyalelo Yesikhungo Sosizo eningiliziwe ukuze udlulise amafayela kuma-eReader asekelwayo.