Syahruddin El-Fikri
GM Content PT Pustaka Abdi Bangsa (Republika Penerbit), Wartawan Senior Republika
Ibadah yang tak pernah terputus yaitu sedekah, meskipun kita meninggal dunia tetap saja sedekah yang kita lakukan tak pernah berhenti pahalanya. Buku yang ditulis oleh Saudara Bahagia dengan topik “Masuk Surga Karena Memungut Sampah” sangat baik, memberikan inspirasi bahwa memungut sampah itu terhitung menjadi sedekah.
Dr. Fachruddin Mangunjaya
Conservationist, peneliti, penulis, dan Dosen Fakultas Biologi
Universitas Nasional Jakarta
Dalam buku terbaru ini, penulis memberikan gambaran yang sangat mendasar tentang kerusakan lingkungan. Namun, dengan uraian yang apik, Bahagia berusaha menyampaikan pandangan dan pikirannya agar ada solusi terbaik atas kondisi yang terjadi saat ini. Buku ini pun 'wajib' dibaca oleh para pemegang kebijakan terkait. Tak hanya pemerintah, tapi semua pihak".
Ir. Agus Yulianto
Kepala Redaksi Harian Republika Perwakilan Jabar
Banyak jalan menuju surga. Itulah yang pantas diambil dari isi buku ini. Memungut sampah dan mengolahnya dengan baik dapat dikatakan menjadi manusia yang sudah beriman. Sedekah perbuatan baginya. Jika terus dilakukan, maka makin banyak pahala yang akan didapatkan. Menurut saya buku yang ditulis sangat baik, memberikan inspirasi kepada umat bahwa memungut sampah itu ibadah.
Asri Supatmiati
Penulis buku dan redaktur senior Radar Bogor
Buku yang ditulis oleh Saudara Bahagia dengan Topik “Masuk Surga Karena Memungut Sampah” sangat menginspirasi saya secara pribadi, dan mudah-mudahan juga bagi para pembaca. Masalahnya sangat sepele, yaitu hanya “Memungut Sampah”, tapi bisa berdampak sangat luar biasa: “Masuk Surga”. Inilah yang membuat kita semua harus membaca sampai selesai, dan setelah itu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bermanfaat bagi kita sendiri dan masyarakat luas.
R.M. Totok Wijanarko, Dipl. PR., SS., MM.
Motivator, penulis & praktisi HR di perusahaan lokal/PMA
Bahagia, lahir 27 Desember 1985, seorang putra Batak Karo dengan marga Perangin-Angin, namun putra Karo ini tidak dilahirkan di daerah asalnya di Sumut, tetapi tepatnya di sebuah desa kecil di Pagaran Tapah Kabupaten Kampar, sekarang Kabupaten Rokan Hulu, yaitu Daerah Negeri Seribu Suluak. Tahun 2000 SLTA di Kabupaten Karawang Jawa Barat. Kemudian menyelesaikan pendidikan Sarjana di UGM tahun 2010, dengan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, UGM. Pada Bulan Januari 2010 melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Magister Pengelolaan Alam dan Lingkungan dengan fokus tesis Manusia, lingkungan dan agama-agama, Sekolah Pasca Sarjana UGM, Fakultas Geografi, UGM. Selanjutnya pada Tahun 2014 penulis melanjutkan program Doktor (S3), pada sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, IPB, Bogor.