Terjemah Lubabul Hadits: Intisari Kehidupan Dalam Hadits Nabi SAW

·
· Almuqsith Pustaka
4.8
4 reviews
Ebook
199
Pages

About this ebook

As-Suyuthi selaku penulis kitab Lubab al-Hadits sendiri menjelaskan dalam muqaddimah kitabnya bahwa beliau ingin mengumpulkan khabar khabar tentang nabi Muhammad SAW. begitu juga dengan Atsar-atsar yang diriwayatkan dengan Isnad (penyandaran) yang Shahih lagi Watsiq (kuat), atas dasar inilah beliau menulis kitab Lubab al-Hadits.

Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwasanya riwayat-riwayat hadis yang beliau tulis berasal dari sumber-sumber yang menurut beliau shahih dan kuat tanpa penjelasan apakah beliau sendiri telah mengakui keshahihan riwayat-riwayat yang beliau tulis tersebut, artinya beliau hanyalah mengutip hadis-hadis yang beliau tulis dari sumber-sumber yang menurut beliau baik.

Adapun mengenai cara penulisan, beliau telah menyatakan telah membuang sanad-sanad dari seluruh riwayat yang beliau kutip, artinya tidak ada satupun hadis yang ditulis dalam kitab ini dengan menyertakan sanadnya. Seluruh hadis yang ditulis langsung di nisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan menggunakan teks “Qala Shallallahu „alaihi wa sallam” atau “Qala Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam” dan ada beberapa teks dengan menyertakan Rawi al-A‟la (Periwayat terdekat dari sumber asal suatu riwayat) kemudian langsung disandarkan kepada nabi SAW.

Dalam muqaddimah kitab ini al-Suyuthi menyatakan bahwa beliau menulis seluruh hadisnya dalam 40 bab dan dalam setiap bab terdapat 10 hadis. Jika dihitung kasar, dari penjelasan itu diketahui bahwa jumlah seluruh hadis yang terdapat dalam kitab ini adalah total 400 hadis, akan tetapi setelah melakukan penghitungan ulang didapati bahwa jumlah sebenarnya jumlah dari seluruh hadis yang ditulis dalam kitab ini total 405 hadis. Hal demikian wajar karena sudah menjadi suatu kebiasaan orang membulatkan hitungan, hal yang sama juga dijumpai pada kitab Al-Arba‟in karya Imam al-Nawawi.

As-Suyuthi dalam kitab ini membagi hadis-hadis yang ada menjadi 40 bab, pada setiap bab terdapat 10 hadis kecuali pada bab ke-4 yang berisi 9 hadis begitu juga bab ke-2, 9, 11, 26, 32, dan ke-37 yang berisi 11 hadis, Jika ditotalkan seperti yang telah peneliti sebutkan bebelumya maka secara keseluruhan didalamnya terdapat 405 hadis.

Diantara kelebihan kitab ini adalah disusun oleh Imam Al-Suyuthi yang dikenal ahli dibidang hadis dan ilmu lainnya. Al-Suyuthi dikenal sebagai sosok ulama yang rajin menulis kitab hadis dan ilmu keislaman lainnya, diantara kitab yang beliau tulis dibidang hadis yang terkenal dan banyak di rujuk sampai sekarang adalah kitab Jam’u al-Jawami yang merupakan gabungan kitab beliau lainnya Jami’ al-Shoghir dan Jam’u al-Kabir. Jadi kitab ini ditulis oleh ulama yang memang ahli dibidang hadis.

Kelebihan lain dari kitab ini adalah bahwa kitab ini ditulis tanpa menyertakan sanad sehingga mempermudah bagi orang yang ingin menghafal matan hadisnya. Hadis ini kebanyakannya langsung dinisbatkan kepada rasulullah tanpa menyebutkan seorang perawipun, walaupun sesekali menyebutkan Rawi al-A’la-nya saja pada beberapa hadis.

Kitab ini disusun oleh penulisnya dengan susunan yang bagus dan sistematis. Setiap hadis dengan tema yang sama diletakkan pada babnya masing-masig sehingga tidak tercampur dengan hadis yang berbeda tema. Begitu juga dengan penamaan setiap bab yang sesuai dengan tema hadisnya sehingga bagi orang yang pertama melihat bisa langsung dapat memahami susunan hadisnya.

Kitab ini ditulis tanpa sanad dan tidak ada keterangan mengenai status hadis-hadis yang dipaparkan. Pada bagian muqaddimah kitab ini hanya menyebutkan bahwa hadis ini ditulis dengan dengan Isnad (penyandaran) yang Shahih dan Watsiq (kuat) tanpa menyebutkan tempat penyandarannya. Hal ini membuat pembaca tidak dapat mengetahui bagaimana status hadis-hadis yang ditulis.

Kekurangan lain dari kitab ini adalah ada beberapa hadis didalamnya yang sulit ditemukan, bahkan tidak dapat ditemukan pada kitab mu’tabar (kitab seembilan). Hal ini menunjukkan bahwa hadishadisnya didalamnya tidak masyhur dan berkemungkinan merupakan hadis Gharib. Sebagaimana yang dijelaskan pensyarahnya, yaitu Syekh Nawawi al-Bantani menyebutkan bahwa kitab ini mengandung peyimpangan dan kekeliruan kerena memang tidak dijelaskan bagaimana isnad-nya. Kekurangan lainnya sebagaimana yang dijelaskan Syekh Nawawi al-Bantani adalah bahwa tidak ditemukannya naskah asli dari kitab ini yang shahih sehingga tidak dapat di-tashih. Hal ini tentunya membuka kemungkina bahwa hadis ini tidak sepenuhnya ditulis oleh Al-Suyuthi sendiri atau mengalami penambahan maupun pengurangan dari orang lain.

Adapun ulama yang menjelaskan atau mensyarah kitab ini tidak banyak. Peneliti hanya menemukan seorang ulama saja yang mensyarahnya dalam bentuk kitab yaitu hanya Syekh Nawawi al-Bantani dengan judul kitab Tankih al-Qaul fi Syarhi Lubab al-Hadits.

Semoga buku terjemah ini senantiasa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal ini sebagai berkah bagi kita semua. Aamiin.

Ratings and reviews

4.8
4 reviews

About the author

Imam Jalaludin As-Suyuthi rahimahullah, adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim besar yang hidup pada abad ke-15 Masehi di Kairo, Mesir. kehebatan dan jasa-jasanya beliau dinobatkan sebagai mujaddid abad ke-9 Hijriyah dan beliau diakui sebagai ulama mujtahid.

 

Kelahiran

Nama lengkapnya, Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad bin Saabiquddien bin al-Fakhr Utsman bin Nashiruddien Muhammad bin Saifuddin Khadhari bin Najmuddien Abi ash-Shalaah Ayub ibn Nashiruddien Muhammad bin asy-Syaich Hammamuddien al-Hamman al-Khadlari al-Asyuuthi. Kemudian lebih dikenal sebagai Imam Jalaludin As-Suyuthi atau Imam As-Suyuthi.

Gelar lengkapnya, Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin, Jalaluddin Al-Misri As-Suyuthi Asy-Syafi’i Al-Asy’ari. Imam Jalaludin As-Suyuthi lahir setelah waktu magrib, malam Ahad, pada 1 Rajab 849 H (3 Oktober 1445 M) di daerah Asyuth, Kairo, Mesir. Keluarga dari pihak ayahanda beliau berasal dari Persia, sedangkan ibunda beliau dari Sirkasian.

Sirkasian atau Adighe adalah satu kelompok etnis yang berada di wilayah Sirkasia, yaitu yang terletak di Kaukasus Utara dan di sepanjang pantai timur laut dari Laut Hitam, di persimpangan Eropa Timur dan Asia Barat di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia. Sebagian besar menganut agama Islam Sunni.

Sementara itu menurut Imam Jalaluddin As-Suyuthi sendiri, leluhurnya berasal dari Al-Khudayriyya di Baghdad. Kemudian keluarganya pindah ke Asyuth, Mesir. Oleh karena itulah beliau menyandang nama nisbah, As-Suyuthi.

Ayahandanya mengajar fiqih Mazhab Syafi’i di Masjid dan Khanqah Shaykhu di Kairo. tetapi meninggal ketika Imam As-Suyuthi berusia 5 atau 6 tahun.

 

Menimba Ilmu

Imam Jalaludin As-Suyuthi lahir dari keluarga terhormat dan terpelajar. Dari sejak dini beliau telah dikenalkan kepada ilmu pengetahuan. Beliau juga ternyata seorang yang berbakat dan cerdas. Beliau memiliki ketekunan dan kesungguhan dalam belajar. Guru pertama Imam As-Suyuthi adalah ayahanda beliau sendiri, melalui bimbinganya beliau menghafal Al-Qur’an. Sayangnya ayahanda beliau wafat saat beliau baru berumur 5 tahun.

Imam Jalaudin As-Suyuthi berhasil menghafal Al-Qur’an saat beliau baru berumur delapan tahun. Beliau juga tekun dalam menghafalkan hadits-hadits, sehingga dikabarkan beliau hafal sebanyak dua ratus ribu hadits. Beliau menghafal di luar kepala Minhajul Fiqh wal Ushul, Al-Umdah dan Alfiyah Ibnu Malik dan yang lainya. Sehingga pada akhirnya Imam Jalaludin Al-Suyuthi menguasai berbagai disiplin ilmu yang meliputi: tafsir, hadits, fiqih, kalam, sejarah, mantik, filsafat, filologi, aritmatika, miqat bahkan bidang kedokteran.

 

Guru-guru Imam As-Suyuthi

Setelah ayahanda beliau wafat, Imam Jalaludin As-Suyuthi, berguru kepada beberapa ulama besar pada zaman itu. Di antaranya, dalam menghafal Al-Qur’an, beliau mendapat bimibingan dari Kamaluddin bin Al-Hammad. Untuk Tafsir, beliau belajar kepada Asy-Syaraf Al-Manawi,

Berkaitan dengan ilmu hadis, ia menjumpai ulama-ulama senior dalam bidang itu, sehingga ia dapat mempelajari kitab ummahatu kutubil hadits (buku-buku induk hadis) dan mushthalah kepada ulama-ulama yang kompeten dalam bidang tersebut, misalnya: Taqiyyuddin Asy-Syibii, Qasim bin Qathlu Bugha, dan Taqiyyuddin bin Fahd. Ia mempelajari kitab Shahih Muslim dari Syamsuddin As-Sakrafi. Ia mengkaji kitab Nakhbatul Fikr di hadapan At-Taqiyyi Asy-Syumani. Ilmu fikih, beliau berguru kepada Sirajuddin Al-Bulqini. Di antara guru-gurunya tersebut, ia berguru pada Al-Bulqini sampai wafatnya. Bahasa Arab, beliau pelajari dari Taqiyyuddin Asy-Syumani dan Muhyiddin Ar-Rumi.

Para guru As-Suyuthi juga tidak terbatas kaum lelaki saja. Dia juga sempat belajar dari beberapa guru wanita yang ahli dalam bidang hadis maupun fikih pada masa itu. Di antaranya: Ummu Hana Al-Mishriyyah, Aisyah bin Abdil Hadi, Sarah binti As-Siraj bin Jama’ah, Zainab binti Al-Hafizh Al-Iraqi, dan Ummu Fadhal binti Muhammad Al-Maqdisi.

Dalam menuntut ilmu, Imam As-Suyuthi tidak membatasi diri pada ulama satu mazhab saja. Meskipun beliau bermazhab Syafi’i, beliau juga mempelajari fiqih mazhab lainnya, seperti fiqih mazhab Hanafi.

 

Mengembara Mendatangi Para Guru

Imam Jalaludin As-Suyuthi telah menimba ilmu dari banyak guru terkenal, para ahli yang mumpuni dibidangnya masing-masing, para ulama besar yang semua mereka itu tersebar di berbagai negeri dan kota-kota.

Merupakan kebiasaan dimasa itu, orang-orang yang akan menutut ilmu, akan mendatangi gurunya dan tinggal bersama mereka. Begitu juga apa yan dilakukan oleh Imam As-Suyuthi, dengan semangat dan penuh ketekunan beliau medatangi guru-gurunya, tinggal bersama mereka, bahkan ada diantaranya hingga gurunya itu wafat.

Imam Jalaludin As-Suyuthi dalam rangka menutut ilmu telah pergi kota Makkah, Madinah, Syam, Maroko, India bahkan hingga ke Sudan.

 

Jasa dan Penghidmatan dalam Islam

Imam Jalaludin As-Suyuthi telah menjadi seorang cendikiawan paling berbakat dan ulama Islam yang kemampuannya telah dikenal dan diakui oleh halayak ramai, meskipun beliau masih berusia muda belia.

Pada tahun 866 H, saat beliau masih berusia antara 17-18 tahun, beliau telah mulai memberikan pelajaran bahasa Arab juga fiqih Mazhab Syafi’i.

Selain itu, Imam As-suyuthi juga mulai menujukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis, karya tulis pertamanya berjudul Syarah Al-Isti’adzah wal Basmalah. Setelah itu secara menakjubkan beliau berhasil menulis ratusan kitab. Ilmu-ilmu yang beliau peroleh itu kemudian beliau gunakan untuk memberi bimbingan dan pertolongan bagi masyarakat luas, sehingga jasa-jasa beliau bagi kepentingan Islam khusunya, begitu sangat besar nilainya.

Pada tahun 871 M, untuk pertama kalinya Imam As-Suyuthi mengeluarkan fatwa. banyak pertanyaan yang diarahkan kepadanya dari banyak tempat. Dari sini, ia mulai berfatwa dan menjawab permasalahan agama. Fatwa-fatwanyanya bisa dijumpai melalui kitabnya yang berjudul Al-Hawi.


Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.