Di tengah pencarian dalang pembunuhan, ada perang antara iman dan logika. William yang seorang rasionalis harus berhadapan dengan keimanan yang kadang membabi buta. Sampai akhirnya, William sadar bahwa ternyata keingintahuan bisa membahayakan. Bahkan, pertanyaan yang dianggap menyerang keimanan bisa membawa seseorang berhadapan dengan kematian.
The Name of the Rose, novel yang terjual lebih dari lima puluh juta eksemplar di seluruh dunia ini dengan apik memadukan "kutipan" dan fiksi, sejarah dan kisah, serta imajinasi dan semiotika. Dengan sangat cerdas, Eco menghadirkan kehidupan biara yang puritan lengkap dengan tradisi pemikiran gereja Abad Pertengahan.\
[Mizan, Bentang Pustaka, Novel, Terjemahan, Fiksi, Indonesia]
Umberto Eco lahir pada 5 Januari 1932 di Alessandria, Italia. Tesis doktoralnya, Il Problema estetic in Tommaso d’ Aquino (Estetika Thomas Aquinas), terbit pada 1956.
Pada tahun yang sama, dia memulai karier akademisnya sebagai dosen di University of Turin, tempat dia belajar filsafat dan estetika Abad Pertengahan. Kedekatan dan ketertarikan Eco pada kebudayaan populer terjadi lebih awal; dia mulai menulis kolom bulanan “Diario minimo” pada 1959, dan aktif memberikan komentar tentang kebudayaan dan peristiwa aktual sejak saat itu. Eco mengajar di berbagai universitas di seluruh dunia dan menjabat sebagai Ketua Jurusan Semiotika di University of Bologna Italy selama bertahun-tahun. Awal 1999, dia menjabat sebagai Presiden Scuola Superiore di Studi Umanistici di University of Bologna.
Eco dikenal juga sebagai ahli Abad Pertengahan, semiotika, filsuf, dan novelis. Selain The Name of the Rose, karya-karya Eco lainnya adalah Foucault’s Pendulum, The Island of the Day Before, Baudolino, dan The Mysterious Flame of Queen Loana.