“Terima kasih selama ini telah mencintaiku,” bisik Lutfi tulus.
“Tak perlu mengatakan itu. Saya mempunyai hak untuk mencintaimu dan kamu punya hak untuk menerima atau menolaknya. Setelah ini aku akan berhenti. Semoga
kamu bahagia dengannya, Kak Lutfi.”
“Maafkan aku.”
Luna hanya diam. Dia menikmati satu menit terindahnya dengan diam. Dia menangis dalam diam. Dia merintih dalam diam. Dia tak ingin berlari. Dia hanya ingin diam merasakan semua. Seperti selama ini dia mencinta dalam diam.
Karena sebenarnya kekuatan terbesar manusia bisa terlihat bukan pada berlari, tapi pada diam.
---0---
“Beri aku semenit, untuk mengganti seluruh waktu
yang telah aku lalui untuk mencintaimu.”
Lutfi masih terngiang kata-kata itu.
Lutfi melihatnya, raganya yang kini tak bernyawa, terbalut kain kafan putih, Luna diam tak bernapas. Semalam ia mendapat kabar, Luna kecelakaan.
(Fiksi, Puisi, Sastra, Cerpen, Cerita Pendek, Arashi Group, -ebookuid-, www.ebooku.id)