Usai surat itu ditandatangani Bung Karno dan kemudian diterima Letnan Jenderal Soeharto, politik Indonesia berubah drastis. Kurang dari duapuluh empat jam setelah ditandatanganinya surat itu, Soeharto langsung membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI), mengatur keanggotaan partai, menangkap belasan menteri dan menyingkirkan orang-orang yang pro Bung Karno.
Supersemar juga menandai perubahan besar pada orientasi berbagai kebijakan di Indonesia: makin merosotnya kekuasaan Presiden Sukarno dan makin naiknya kekuatan Letnan Jenderal Soeharto; arah perpolitikan Indonesia berbelok dari sipil ke militer, dari berorientasi ke kiri ke haluan kanan, dan dari anti-nekolim menjadi pro modal asing.
Buku ini tak lagi menyoal perihal keaslian naskah Supersemar, tapi lebih memfokuskan pada sejarah mengenai pro-kondosi yang melahirkan Surat Perintah itu serta berbagai dampak yang muncul dengan membongkar dokumen-dokumen dari pemerintah Amerika Serikat. Dokumen-dokumen tersebut berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta, Departemen Luar Negeri Amerika di Washington, CIA (Central Intelligence Agency), Gedung Putih, kantor National Security Agency, dan dokumen sejumlah pejabat pemerintahan Indonesia. Hampir semua dokumen tersebut berkode “Rahasia”,”Konfidensial”,”Distribusi Terbatas”, atau “Tidak untuk Distribusi di Luar Negeri”. Namun baskara T.Wardaya berhasil mengakses dokumen-dokumen tersebut setelah melalui proses “sanitasi” dan “deklasifikasi”.
Lewat buku ini, ia mengajak kita melihat lebih mendalam mengapa Supersemar lahir, bagaimana peran CIA, militer dan Soeharto dalam peristiwa itu, serta apa dampak Supersemar bagi kehidupan politik di Indonesia?
Buku terbitan GalangPress (Galangpress Group).