Sebuah pertanyaan sederhana muncul: “Apakah ada keterkaitan satu sama lain antara Syariat dengan HAM?” Tentu pertanyaan kritis ini tak sembarangan dijawab, perlu sumber-sumber serta kajian ilmiah dalam menopangnya secara hati-hati.
Pemikiran para peneliti dan reformis Islam kontemporer yang terdapat pada buku ini merupakan gelombang baru dalam menanggapi iklim intelektual dan era politik baru yang muncul pada paruh kedua abad ke-20. Mereka membedah berbagai sistem politik dan perkembangan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk isu ekonomi, hukum, ilmu kedokteran, imigrasi kaum Muslim ke negara-negara Barat, HAM Internasional, bahkan kesetaraan gender. Berbagai aktor reformis menunjukkan spektrum sikap yang demikian luas tentang reformasi, mulai dari yang hanya terbatas pada usulan norma baru menyesuaikan dengan keadaan baru, hingga keinginan untuk mereformasi penggunaan konsep serta metode secara serempak.
[Mizan, Bentang Pustaka, Agama, Islam, Hukum, Hak Asasi Manusia, Indonesia]
Mohammad Hashim Kamali—Malaysia
Profesor Mohammad Hashim Kamali adalah pendiri dan Direktur International Institute of Advanced Islamic Studies, Malaysia. Sebagai ilmuwan terkemuka di dunia, dia menyandang gelar Ph.D. dalam Hukum Islam (SOAS, London) dan sempat menjabat Guru Besar Hukum Islam dan Fikih di International Islamic University Malaysia (1985—2004), serta Dekan The International Institute of Islamic Thought and Civilization (2004—2006). Di luar dunia akademik, dia pernah bertugas di Constitutional Review Commission Afghanistan (Mei—September 2003), Komite CIMB Syariah (sejak 2003), Sunlife Takaful Malaysia (sejak 2011), dan Stanlib Corporation Afrika Selatan (2007—2017). Penulis 35 buku dan lebih dari 210 artikel ilmiah ini memperoleh dua kali Isma’il Al-Faruqi Award untuk keunggulan akademik (1995 dan 1997) dan masuk ke daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia (2009, 2010, 2016). Dia juga memperoleh penghargaan King Abdullah II International Award 2010 dan 24th Iran World Award for Book of the Year 2016.
Lena Larsen—Norwegia
Dr. Lena Larsen adalah Direktur Oslo Coalition on Freedom of Religion or Belief, Norwegian Centre for Human Rights, di University of Oslo, sejak 1999. Dia memimpin pengembangan konsep dan metodologi Oslo Coalition: Memajukan kebebasan beragama atau berkeyakinan sebagai kemaslahatan bersama yang diterima dan dijunjung semua keyakinan melalui pengembangan kompetensi, dialog, dan kerja sama. Minat studinya meliputi Islam di Eropa, yurisprudensi Islam dengan fokus mengenai fatwa, Islam dan gender, serta kebebasan beragama atau berkeyakinan. Dr. Larsen turut memimpin proyek Oslo Coalition, Arah Baru Pemikiran Islam, sejak 2003. Proyek tersebut telah menghasilkan publikasi-publikasi yang turut dia sunting, di antaranya, Gender and Equality in Muslim Family Law: Justice and Ethics in the Islamic Legal Tradition (London: I.B. Tauris, 2013), yang juga terbit dalam bahasa Indonesia, Reformasi Hukum Keluarga Islam (LKIS, 2017); New Directions in Islamic Thought and Practice: Exploring Muslim Reform and Tradition (London: I.B. Tauris, 2009); serta Freedom of Expression in Islam: Challenging Blasphemy and Apostasy Laws (London: I.B. Tauris, 2021). Dia menulis How Muftis Think: Islamic Legal Thought and Muslim Women in Western Europe (Leiden: BRILL, 2018) dan merupakan asisten editor Facilitating Freedom of Religion or Belief: A Deskbook (Hague: Brill, 2004).
Syamsul Arifin—Indonesia
Syamsul Arifin adalah Guru Besar Sosiologi Agama dan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Di antara karyanya yang telah dipublikasikan adalah: Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizbut Tahrir Indonesia (2005); Studi Islam Kontemporer: Arus Radikalisasi dan Multikulturalisme di Indonesia (2015); Attitudes to Human Rights and Freedom of Religion or Belief in Indonesia, Voices of Islamic Religious Leaders in East Java (2010). Dia aktif di beberapa organisasi keislaman terutama di Muhammadiyah dan perkumpulan profesi seperti Asosiasi Living Values Indonesia. Penelitian terbarunya yang sedang dilaksanakan adalah Menuju Teologisasi Hak Asasi Manusia: Wacana Kontemporer tentang Hubungan Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Intelektual Muslim di Indonesia dan Australia yang didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Nafik Muthohirin—Indonesia
Nafik Muthohirin adalah dosen tidak tetap di Fakultas Agama Islam serta staf Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Nafik menyelesaikan pendidikan Magister Agama dan Studi Perdamaian di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014). Minat kajiannya adalah seputar gerakan keagamaan di Indonesia serta radikalisme, ekstremisme, pluralisme, dan multikulturalisme. Di antara karyanya yang diterbitkan adalah: Fundamentalisme Islam: Gerakan dan Tipologi Pemikiran Aktivis Dakwah Kampus (2014); “Radikalisme Islam dan Pergerakannya di Media Sosial” (Jurnal Afkaruna, UMY: 2015); “Reproduksi Salafi: Dari Kesunyian Apolitis Menuju Jihadis” (Jurnal Sosial-Budaya UIN Riau: 2018). Nafik adalah kolumnis di beberapa media nasional seperti Radar Surabaya, Koran SINDO, Jawa Pos, dan GeoTimes.
Ahmad Nur Fuad—Indonesia
Ahmad Nur Fuad adalah dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia. Dia memperoleh gelar sarjana dalam bidang Sejarah Islam pada 1991, gelar master dalam bidang Studi Islam di McGill University pada 1998, dan gelar doktor Studi Islam di UIN Sunan Ampel (2010). Dia aktif mengajar dalam kursus setingkat master dalam bidang Syariat dan HAM yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, bekerja sama dengan The Oslo Coalition (Norwegia) dan Brigham Young University, Provo, Utah, Amerika Serikat (2011—2017). Bidang kajian yang diminatinya antara lain sejarah Islam dan historiografi, pemikiran Islam, dan HAM dalam Islam. Buku yang ditulisnya antara lain: Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam, yang ditulis bersama Cekli Setya Pratiwi dan Saiful Aries (Malang: LPSHHAM-Madani, 2010); Dari Reformis hingga Transformatif: Dialektika Intelektual Keagamaan Muhammadiyah (Malang: Intrans Publishing, 2015).
Brett G. Scharffs—Amerika Serikat
Brett G. Scharffs adalah Rex E. Lee Chair dan Profesor Ilmu Hukum serta Direktur International Center for Law and Religion Studies di Brigham Young University (BYU) Law School. Dia memperoleh gelar B.S.B.A. di bidang bisnis internasional dan M.A. di bidang filsafat di Georgetown University dan, sebagai Rhodes Scholar, memperoleh gelar B.Phil. di bidang filsafat di Oxford. Dia memperoleh gelar J.D. dari Yale Law School serta menjadi editor senior di The Yale Law Journal. Dia adalah profesor tamu di berbagai universitas seperti Central European University di Budapest dan University of Adelaide Law School. Dia terlibat dalam beberapa program pelatihan besertifikat di bidang studi agama dan hukum di berbagai negara seperti Tiongkok, Vietnam, dan Myanmar serta mengajar dan terlibat dalam beberapa program serupa di beberapa universitas di Indonesia dalam bidang syariat dan hak asasi manusia. Dia telah menulis lebih dari seratus artikel dan bab buku serta menyampaikan lebih dari tiga ratus presentasi ilmiah di tiga puluh negara. Bukunya, Law and Religion: National, International and Comparative Perspectives (bersama Cole Durham, edisi ke-2 bahasa Inggris 2018), telah diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dan Vietnam serta sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Turki, Myanmar, Arab, Spanyol, Rusia, Yunani, dan Ibrani. Bersama Elizabeth Clark, dia menulis Religion and Law in the USA pada 2016 yang merupakan kontribusi untuk seri Wolters Kluwer’s International Encyclopaedia of Laws.
Tore Lindholm—Norwegia
Tore Lindholm adalah Profesor Emeritus (Filsafat) di Norwegian Centre for Human Rights, University of Oslo dan anggota Komite Hak Asasi Manusia Church of Norway. Bidang studi yang menjadi minatnya adalah seputar dasar-dasar pengakuan hak asasi manusia universal, khususnya kebebasan beragama/keyakinan non-keagamaan, serta hubungan timbal balik antara hak asasi manusia dan pandangan dunia/agama. Dia turut menyunting Facilitating Freedom of Religion or Belief (2004), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan: Seberapa Jauh? (2010) serta bahasa Rusia, Bosnia, dan Mandarin (publikasi internet). Dia juga menyunting buku tentang pemikiran pembaruan Islam An-Na’im, Islamic Law Reform and Human Rights: Challenges and Rejoinders (1993), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada 1995 dengan judul Dekonstruksi Syari’ah (LKiS). Tulisannya yang lain di antaranya “The cross-cultural legitimacy of universal human rights: Plural justification across normative divides” dalam Cultural Human Rights (2008) yang disunting Francioni dan Scheinin, dkk.
Cekli S. Pratiwi—Indonesia
Cekli S. Pratiwi adalah dosen senior di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dia memperoleh gelar LL.M. dari Utrecht University dan kandidat LL.M. Hukum Perbandingan di BYU Law School (2019). Dia pernah menjabat Direktur Eksekutif Pusat Studi HAM (satuHAM) UMM dan sejak 2012 dia mengajar di kursus setingkat master tentang Syariat dan Hak Asasi Manusia di UMM. Cekli berpartisipasi dalam kursus besertifikat tentang “Religion and The Rule of Law” di Myanmar, Vietnam, Beijing, dan Jakarta. Dia menulis buku Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam bersama Ahmad Nur Fuad, dkk. (2010). Dia juga menulis berbagai artikel ilmiah dengan topik HAM, agama, dan hukum. Publikasi terbarunya adalah Permissible Scope of Legal Limitation on Freedom of Religion or Belief dan Freedom of Expression under International Human Rights Law: The Study of Blasphemy Cases in Indonesia. Saat ini dia sedang menerjemahkan buku Law and Religion: National, International and Comparative Perspectives karya Cole Durham dan Brett Scharffs (edisi ke-2 2018) ke dalam bahasa Indonesia.
Susan Waltz—Amerika Serikat
Susan Waltz adalah Profesor bidang Kebijakan Publik di The Ford School. Dia memperoleh gelar Ph.D. bidang International Studies di University of Denver. Dia mendalami studi hak asasi manusia dan hubungan internasional dengan spesialisasi Afrika Utara. Waltz menulis Human Rights and Reform: Changing the Face of North African Politics (1995) dan berbagai artikel mengenai sejarah instrumen hukum HAM Internasional Dia juga mengelola situs web Human Rights Advocacy and the History of International Human Rights Standards yang difasilitasi oleh The U-M dari 1993—1999. Susan menjabat di Komite Eksekutif Amnesty International dan sejak 2000 dia bertugas di Dewan Nasional American Friends Service Committee, Amnesty International Amerika Serikat, dan menjadi komite eksekutif yang memantau pelaksanaan kerja The Quaker United Nations Office di New York.
Khaled Abou El Fadl—Amerika Serikat
Khaled Abou El Fadl adalah Profesor Hukum Kehormatan Omar dan Azmeralda Alfi di UCLA School of Law yang mengajar bidang Hak Asasi Manusia Internasional; Yurisprudensi Islam; Hukum dan Terorisme; Islam dan Hak Asasi Manusia; Hukum Pengungsi dan Suaka Politik; Perdagangan Manusia: Hukum dan Kebijakan; serta Kejahatan Politik dan Sistem Hukum. Dia memperoleh penghargaan The University of Oslo Human Rights Award, The Leo and Lisl Eitinger Prize pada 2007, dan Carnegie Scholar in Islamic Law pada 2005. Pada 2017 dan 2005, dia termasuk dalam daftar LawDragon’s Top 500 Lawyers di Amerika Serikat. Pada 2013, dia termasuk dalam “The 50 Smartest People of Faith” menurut TheBestSchools.org, serta termasuk dalam “The Power 500 List of the World’s Most Influential Arabs” dan “The World’s 500 Most Influential Muslims”. Buku terbaru yang ditulisnya berjudul, Reasoning with God: Reclaiming Shari‘ah in the Modern Age (Rowman dan Littlefield, 2014)
Zainal Abidin Bagir—Indonesia
Zainal Abidin Bagir adalah Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies, yang merupakan konsorsium Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan Universitas Kristen Duta Wacana. Sebagai dosen di Sekolah Pascasarjana UGM, ia juga mengajar di Program Studi Agama dan Lintas Budaya. Pada 2013―2014, ia menjadi dosen tamu di Victoria University of Wellington, New Zealand. Pada 2008―2013, ia menjabat Indonesian Regional Coordinator untuk Pluralism Knowledge Programme, sebuah kolaborasi empat pusat akademik di Belanda, India, Indonesia, dan Uganda. Dua minat akademik utamanya adalah seputar pengelolaan keragaman agama dalam demokrasi, serta agama dan sains, khususnya terkait ekologi. Di antara publikasi terbarunya adalah sebuah buku dan artikel tentang pembatasan kebebasan beragama atau berkeyakinan di Indonesia (2019 dan 2020), sebuah bab tentang politik dan hukum terkait pengelolaan agama di Indonesia dalam Routledge Handbook of Contemporary Indonesia (2018) dan bab mengenai Islam dan ekologi dalam Routledge Handbook of Religion and Ecology (2017).
Jeroen Temperman—Belanda
Jeroen Temperman adalah Profesor bidang Agama dan Hukum Internasional serta Kepala Department of International and European Union Law di Erasmus School of Law, Erasmus University Rotterdam, Belanda. Dia juga adalah Pemimpin Redaksi Religion & Human Rights dan anggota Organization for Security and Cooperation di Komisi Ahli bidang Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan Eropa. Beberapa buku yang ditulisnya antara lain Religious Hatred and International Law (Cambridge: Cambridge University Press, 2016) dan State–Religion Relationships and Human Rights Law (Leiden: Martinus Nijhoff, 2010). Dia juga menyunting Blasphemy and Freedom of Expression (Cambridge: Cambridge University Press, 2017) dan The Lautsi Papers (Leiden: Martinus Nijhoff, 2012).
Heiner Bielefeldt—Jerman
Heiner Bielefeldt adalah Profesor Hak Asasi Manusia dan Politik Hak Asasi Manusia di Universitas Erlangen-Nuremberg (sejak Oktober 2009). Sebelum memimpin bidang Hak Asasi Manusia yang baru dibentuk, dia menjabat Direktur German Institute for Human Rights (berbasis di Berlin) yang terakreditasi secara resmi oleh lembaga HAM nasional Jerman. Dari Agustus 2010 hingga Oktober 2016, Bielefeldt menjabat sebagai Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan. Sejak September 2016, dia juga menjabat sebagai Profesor di Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Oslo. Minat penelitian Bielefeldt mencakup berbagai aspek teori dan praktik hak asasi manusia lintas disiplin dengan fokus khusus pada kebebasan beragama atau berkeyakinan.
Haidar Bagir—Indonesia
Haidar Bagir adalah seorang cendekiawan Muslim serta pengusaha dan filantropis dari Indonesia. Dia memperoleh gelar M.A. dari Harvard University dan gelar Ph.D. dalam bidang Filsafat dari Universitas Indonesia. Dia termasuk dalam daftar The 500 Most Influential Muslims menurut The Royal Islamic Strategic Studies Centre selama 9 tahun berturut-turut. Dia menulis berbagai buku ilmiah dan populer terutama mengenai mistisisme Islam, seperti The Universe of Love, An Introduction to Ibn ‘Arabi’s Thought; Epistemology of Sufism—An Introduction; Islam the Faith of Love and Happiness (diterbitkan di Indonesia dan di Inggris). Bukunya yang terbaru berjudul From Allah to Allah, Learning Sufism from Rumi. Bagir juga memperoleh berbagai penghargaan dari sejumlah lembaga internasional atas kiprahnya di bidang bisnis, filantropi, dan kajian ilmiah.