Tidak terasa, dua tahun dalam kemaksiatan, hatinya berontak. Selly merasa Tuhan tidak akan mengampuninya. Sudah lama dia tidak berkomunikasi dengan keluarga, terutama dengan kedua orang tuanya. Dia rindu berat. Dia merasa menjadi wanita yang terjerembab dalam kubangan dosa. Dia ingin kembali menjadi manusia yang sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Dia ingin mengaji Al Quran lagi, karena semenjak bergelut dalam dosa, dia tidak pernah menyentuh kitab suci. Dia sendiri sudah lupa bagaimana membaca Al Quran.
Sementara itu, Syekh Miftah adalah ustadz di salah satu lembaga pendidikan modern di Jawa Timur. Dia diusir dari lembaga tersebut karena sebuah kesalahan yang tidak pernah dibuatnya. Seseorang memfinahnya. Syekh Miftah dilaporkan ke pihak yayasan menggelapkan sejumlah uang yang tidak sedikit, satu miliar! Tentu saja, dia tidak mungkin menggelapkan uang sebanyak itu. Posisinya hanya sebagai pengajar. Tapi, semua mata tertuju padanya. Dia pun dihadapkan pada pilihan, keluar dari pekerjaannya atau dilaporkan kepada pihak berwajib. Alhasil, dia menyerah. Daripada berurusan panjang di pengadilan, dia memilih keluar.
Nun, adalah huruf terakhir dari kata Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah). Surat dalam Al Quran yang menyeritakan tentang Lembaran yang Terpelihara (Lauh Mahfudz). Di lembaran itu lah, tercantum segala peristiwa yang terjadi di langit dan di bumi. Pergulatan manusia dan makhluk hidup lainnya di muka bumi ini, tidak lepas dari genggaman ar Rahman. Dia yang telah memerintahkan Pena untuk menulis semua takdir manusia dan makhluk di langit dan bumi, mulai dari awal penciptaannya hingga akhir zaman.
Mohamad Fadhilah Zein adalah sosok yang telah malang melintang dalam dunia jurnalisme dan kepenulisan. Karyanya berupa buku yakni “Kezaliman Media Massa Terhadap Umat Islam” telah memukau banyak pembaca di dalam negeri. Buku keduanya adalah “Islam di Yordania, Maroko dan Spanyol” diterbitkan secara indie di Leanpub.com. Buku ketiganya adalah “Panduan Menggunakan Media Sosial untuk Generasi Emas Milenial”.
Selain buku, Mohamad Fadhilah Zein juga aktif menulis opini di berbagai media massa nasional. Tema yang diangkat adalah tentang agama, media massa, pertahanan negara dan persoalan sosial lainnya.
Pada 2015-2020, Fadhil berkhidmat sebagai aktivis MUI di Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom). Selain, dia juga membangun start up dengan label “Media Club Indonesia” yang fokus membuat film-film dokumenter tentang keislaman yang kemudian diupload ke Youtube. Untuk berkomunikasi bisa melalui email: fadil_zein@yahoo.com.