"Lepas, Mas!" Sarah berontak. Lengannya sakit, pedih, cengkraman begitu kuat membuatnya semakin muak.
Ia tersentak saat tubuhnya didorong ke arena sepi. Wanita itu toleh kanan kiri, jantungnya berdegup kencang. Nafasnya memburu dan kini netranya menatap tajam laki-laki jangkung yang berpakaian rapih di hadapannya. "Mau sampai kapan kamu mempermalukan diriku, hah!" sentaknya.
Mendengar itu wanita yang menutup rapat wajahnya dengan kain tipis menatap sendu. "Jika aku terus mempermalukan dirimu karena penampilan ku ini. Maka detik ini, aku ikhlas dan ridho untuk kau talak, Mas!"
Deg.
Laki-laki itu tergagap. "K-kau bicara apa?!"
Wanita dengan penutup wajah itu menatap tajam. "Bukankah selama ini Mas tidak pernah mencintaiku, pernikahan ini palsu bukan? Anak yang lahir pun bukan karena benih cinta, hanya karena kewajiban untuk memberi cucu, kau tertekan menikah denganku selama ini. Lalu untuk apa dipertahankan? Takut laknat Allah? Tapi, aku yakin, Allah mengetahui hatiku yang lebih terluka selama ini, wanita yang selalu diam ini, ingin bercerai darimu, Mas!" Ia dorong tubuh kekar laki-laki di hadapannya.
Ia lekas pergi, dengan menghapus air mata yang meluncur tanpa rasa bersalah. Ia tinggalkan suami bernama Hussein yang telah menikahi dirinya lima tahun yang lalu.
Menurutnya sudah cukup, menjadi pasutri tanpa cinta.
Dan, apakah pernikahan mereka sungguh usai?
Apakah Hussein akan benar-benar menceraikan sang istri, Sarah?
Penulis kbm, WP dan karyakarsa