The Danish Way of Parenting

Β· Bentang B first
4.5
αž€αžΆαžšαžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ 77
αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž…
200
αž‘αŸ†αž–αŸαžš

αž’αŸ†αž–αžΈαžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€αž“αŸαŸ‡

Selama lebih dari 40 tahun Denmark selalu terpilih menjadi negara paling bahagia sedunia, menurut World Happiness RecordΒ oleh PBB. Tak terhitung banyaknya artikel dan kajian yang berusaha memecahkan misteri ini.
Setelah riset bertahun-tahun, ternyata jawabannya sangat sederhana. Ini karena gaya pengasuhan mereka.
Filosofi orang Denmark dalam membesarkan anak terbukti memberikan hasil yang cukup efektif: anak-anak yang tangguh, emosi terkendali, dan bahagia. Warisan inilah yang membuat Denmark selalu menempati urutan pertama indeks kebahagiaan seluruh dunia.
Temukan rahasia nyata kesuksesan orang Denmark dalam membesarkan anak-anaknya, dalam buku ini. Namun ingatlah, menerapkan metode ini memerlukan latihan, kesabaran, penyelesaian, dan kesadaran, tetapi hasilnya sepadan karena tujuan kita sebagai orang tua adalah membesarkan anak-anak yang bahagia. Maka, kesuksesan akan menghampirinya pada masa depan kelak.

PRAKATA AYAH EDY
Sahabat ayah bunda dimanapun berada yang dimuliakan Tuhan,
Sungguh setelah lebih dari 14 tahun saya menekuni dunia Parenting dan Pendidikan di Indonesia, Saya selalu penasaran dengan Bagaimana Orang-orang Denmark mendidik anak-anaknya.
Saya selalu bermimpi untuk bisa belajar langsung ke Denmark atau setidaknya dari sebuah buku yang membahas tentang Parenting dan Pendidikan di Denmark.
Mengapa..?
Karena menurut informasi yang saya temukan di google, katanya Denmark adalah salah satu negara termakmur di dunia, dengan pendapatan perkapitanya yang sangat tinggi, Negeri yang aman, damai dengan tingkat kriminalitas terendah, tingkat korupsi nyaris Nol dan masuk sebagai salah satu dari 10 negara ternyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia.
Wow tidak terbayang rasanya jika bisa melihat langsung negeri tersebut, dan lebih tidak terbayang lagi jika kita juga suatu saat nanti bisa menjadikan negeri kita seperti ini.
Saya selalu belajar kebaikan dari siapa saja dan dari bangsa mana saja di dunia, termasuk juga belajar dari kearifan-kearifan lokal yang sudah kita miliki di Indonesia. Karena kebaikan itu bisa datang dari siapa saja.
Banyak buku Parenting dan Pendidikan telah saya baca, namun tak satupun ada buku yang membahas khusus tentang bagaimana Orang-orang Denmark mendidik masyarakat dan keluarganya untuk bisa menjadi negeri makmur yang nyaman dan aman.
"Ketika saya diminta untuk membaca dan mempelajari buku ini, rasanya seperti sebuah berkah yang tak terhingga, mimpi yang menjadi kenyataan, belajar langsung dari sebuah buku yang mengulas seluruh aspek tentang bagaimana orang-orang Denmark mendidik masyarakat dan keluarganya."
Beruntungnya kali ini tidak hanya saya saja yang bisa langsung mempelajarinya, tapi semua orang tua Indonesia juga bisa mempelajarinya, mempraktekkannya untuk kita bisa bersama-sama Membangun Indonesia yang kuat dan mulia mulai dari keluarga. Tuhan telah memberikan buku ini sebagai sarananya.
Karena sesungguhnya Indonesia hakikatnya adalah kumpulan keluarga-keluarga yang tersebar dipelosok negeri, kumpulan keluarga ini membentuk sebuah desa, kota, provinsi dan negeri, jika satu persatu keluarga berhasil mendidik putera-puterinya dengan baik, maka negeri kitapun kelak akan bisa menjadi negeri yang makmur, aman, nyaman dan mulia.
Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dimiliki dan dibaca oleh setiap keluarga di Indonesia, agar kita bisa menerapkan dan mewujudkannya secara bersama-sama dari rumah kita masing-masing.
Saya kira buku ini akan sangat bisa membantu terwujudnya mimpi kita bersama.
Mari jadi bagian dari Gerakan Membangun Indonesia yang Makmur, Aman, Nyaman, Kuat dan Mulia mulai dari keluarga.

Selamat membaca,
Ayah Edy
Guru Parenting Indonesia
Pendiri Gerakan Membangun Indonesia yang kuat dari Keluarga
www.ayahkita.blogspot.com

[Mizan, Bentang B first, Ayah Edy, Parenting, Keluarga, Motivasi, Edukasi, Orang Tua, Indonesia]

Seri Parenting Bentang

αž€αžΆαžšαžŠαžΆαž€αŸ‹αž•αŸ’αž€αžΆαž™ αž“αž·αž„αž˜αžαž·αžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ

4.5
αž€αžΆαžšαžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ 77

αž’αŸ†αž–αžΈβ€‹αž’αŸ’αž“αž€αž“αž·αž–αž“αŸ’αž’

Jessica Joelle AlexanderΒ adalah seorang penulis, kolumnis, dan peneliti bidang budaya berkebangsaan Amerika. Dia meraih gelar di bidang psikologi dan mengajar komunikasi dan ketrampilan menulis di Skandinavia dan Eropa Tengah. Ia menikah dengan seorang pria denmark selama tiga belas tahun, dan sangat mencintai perbedaan budayanya. Dia mampu berbicara dalam empat bahasa dan tinggal bersama suami dan kedua anaknya, Sophie dan Sebastian di Roma. Kunjungi situs webnya www.jessicajoellealexander.com


Iben Dissing SandahlΒ adalah pelatih tersertifikasi, penulis, dan psikoterapis naratif berlisensi, MPF, yang membuka praktik di luar Kopenhagen, Denmark. Konseling keluarga dan anak adalah spesialisasinya. Sebelum meraih gelar dibidang psikoterapi naratif, ia adalah seorang guru yang telah mengabdi selama sepuluh tahun dalam sistem sekolah Denmark. Ia begitu mencintai pekerjaannya dan kerap diwawancari untuk majalah, koran, dan radio nasional di Denmark. Ia adalah seorang istri dan ibu bagi dua orang putri, Ida dan Julie. Kunjungi situs web-nya www.ibensandahl.dk

TEMUKAN LEBIH LANJUT DI:

Website:

http://thedanishway.com/

Instagram:

https://www.instagram.com/TheDanishWay/

Facebook:

https://www.facebook.com/TheDanishWay

Twitter:

https://twitter.com/TheDanishWay


αžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒαžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€αž“αŸαŸ‡

αž”αŸ’αžšαžΆαž”αŸ‹αž™αžΎαž„αž’αŸ†αž–αžΈαž€αžΆαžšαž™αž›αŸ‹αžƒαžΎαž‰αžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€αŸ”

αž’αžΆαž“β€‹αž–αŸαžαŸŒαž˜αžΆαž“

αž‘αžΌαžšαžŸαž–αŸ’αž‘αž†αŸ’αž›αžΆαžαžœαŸƒ αž“αž·αž„β€‹αžαŸαž”αŸ’αž›αŸαž
αžŠαŸ†αž‘αžΎαž„αž€αž˜αŸ’αž˜αžœαž·αž’αžΈ Google Play Books αžŸαž˜αŸ’αžšαžΆαž”αŸ‹ Android αž“αž·αž„ iPad/iPhone αŸ” αžœαžΆβ€‹αž’αŸ’αžœαžΎαžŸαž˜αž€αžΆαž›αž€αž˜αŸ’αž˜β€‹αžŠαŸ„αž™αžŸαŸ’αžœαŸαž™αž”αŸ’αžšαžœαžαŸ’αžαž·αž‡αžΆαž˜αž½αž™β€‹αž‚αžŽαž“αžΈβ€‹αžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€β€‹ αž“αž·αž„β€‹αž’αž“αž»αž‰αŸ’αž‰αžΆαžαž±αŸ’αž™β€‹αž’αŸ’αž“αž€αž’αžΆαž“αž–αŸαž›β€‹αž˜αžΆαž“αž’αŸŠαžΈαž“αž’αžΊαžŽαž·αž αž¬αž‚αŸ’αž˜αžΆαž“β€‹αž’αŸŠαžΈαž“αž’αžΊαžŽαž·αžβ€‹αž“αŸ…αž‚αŸ’αžšαž”αŸ‹αž‘αžΈαž€αž“αŸ’αž›αŸ‚αž„αŸ”
αž€αž»αŸ†αž–αŸ’αž™αžΌαž‘αŸαžšβ€‹αž™αž½αžšαžŠαŸƒ αž“αž·αž„αž€αž»αŸ†αž–αŸ’αž™αžΌαž‘αŸαžš
αž’αŸ’αž“αž€αž’αžΆαž…αžŸαŸ’αžŠαžΆαž”αŸ‹αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…αž‡αžΆαžŸαŸ†αž‘αŸαž„αžŠαŸ‚αž›αž”αžΆαž“αž‘αž·αž‰αž“αŸ…αž€αŸ’αž“αž»αž„ Google Play αžŠαŸ„αž™αž”αŸ’αžšαžΎαž€αž˜αŸ’αž˜αžœαž·αž’αžΈαžšαž»αž€αžšαž€αžαžΆαž˜αž’αŸŠαžΈαž“αž’αžΊαžŽαž·αžαž€αŸ’αž“αž»αž„αž€αž»αŸ†αž–αŸ’αž™αžΌαž‘αŸαžšαžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€αŸ”
eReaders αž“αž·αž„β€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸβ€‹αž•αŸ’αžŸαŸαž„β€‹αž‘αŸ€αž
αžŠαžΎαž˜αŸ’αž”αžΈαž’αžΆαž“αž“αŸ…αž›αžΎβ€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸ e-ink αžŠαžΌαž…αž‡αžΆβ€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸαž’αžΆαž“β€‹αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€ Kobo αž’αŸ’αž“αž€αž“αžΉαž„αžαŸ’αžšαžΌαžœβ€‹αž‘αžΆαž‰αž™αž€β€‹αž―αž€αžŸαžΆαžš αž αžΎαž™β€‹αž•αŸ’αž‘αŸαžšαžœαžΆαž‘αŸ…β€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸβ€‹αžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€αŸ” αžŸαžΌαž˜αž’αž“αž»αžœαžαŸ’αžαžαžΆαž˜β€‹αž€αžΆαžšαžŽαŸ‚αž“αžΆαŸ†αž›αž˜αŸ’αž’αž·αžαžšαž”αžŸαŸ‹αž˜αž‡αŸ’αžˆαž˜αžŽαŸ’αžŒαž›αž‡αŸ†αž“αž½αž™ αžŠαžΎαž˜αŸ’αž”αžΈαž•αŸ’αž‘αŸαžšαž―αž€αžŸαžΆαžšβ€‹αž‘αŸ…αž§αž”αž€αžšαžŽαŸαž’αžΆαž“αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€αžŠαŸ‚αž›αžŸαŸ’αž‚αžΆαž›αŸ‹αŸ”