saing. Lulusan yang dihasilkan dituntut untuk mempunyai skill
yang tinggi, baik hard skill dan dan soft skill. Untuk menghasilkan lulusan
yang berkualitas,
perguruan tinggi harus membuat kurikulum prima yang
mengintegrasikan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pendapat ini
diamini oleh Godsell, yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan tinggi
salah satunya adalah mendidik mahasiswa untuk mandiri dalam arti
memiliki mental yang kuat untuk melakukan usaha sendiri, tidak terbatas
hanya sebagai pencari kerja (job seeker), tetapi justru sebagai pencipta
lapangan pekerjaan (job creator).
Di awal perkuliahan, hendaknya mahasiswa memiliki tujuan hidup/
impian. Dengan memiliki impian/tujuan ini, kemudian mahasiswa diarahkan
untuk memiliki semangat menggapai tujuan hidupnya. Menurut seorang
pakar pendidikan Nasution (2009), kebanyakan lulusan pendidikan
menjadi pengangguran adalah akibat tidak memiliki impian dan tidak
bersungguh-
sungguh untuk meraihnya.
Para ahli memberikan pengertian kewirausahaan yang berbedabeda:
penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi
(kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai
peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan
mendapatkan
secara bersama faktor-faktor produksi(Say, 1803).
Kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluang - peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian
besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang
produktif.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko
atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang
kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai
sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi
lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan,
inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial
dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang
berjalan
tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu
mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah
organisasi,
tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan
fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan dapat bersifat
sementara atau kondisional.