Ainia Prihantini, S.Hum. lahir di Kabupaten Semarang pada 4 Maret 1988. Ia lulusan SMA Negeri 1 Ambarawa yang melanjutkan S-1 di Universitas Diponegoro. Selama masa kuliah, ia bergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa Hayamwuruk dan menjabat sebagai redaktur pelaksana. Pada saat Kuliah Kerja Profesi (KKP), ia terlibat dalam kegiatan penyelarasan bahasa di Koran Sore Wawasan, Semarang. Ia pernah magang di Tabloid Cempaka, Semarang, pada bagian reportase.
Ia juga aktif mengikuti berbagai kegiatan dan diskusi. Beberapa kegiatan yang pernah ia ikuti antara lain: (a) Seminar Nasional bertema "Bahasa Jawa di Media Massa" yang diselenggarakan oleh Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Jateng; (b) Dialog bertema "Mengarang itu Gampang" bersama Arswendo Atmowiloto dan Andrea Hirata yang diadakan oleh Sampoerna; (c) Kemah Sastra Tingkat Nasional bertema Program Pembelajaran Sastra untuk Semua yang diadakan Buletin Sastra Pawon di Solo; (d) Bengkel Sastra Nasional bertema Penulisan Kritik, Esai, dan Jurnalisme Sastra yang diadakan oleh Pemprov Jateng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT); dan lain-lain
Pada 2010, ia menyelesaikan Program Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro, dengan predikat cumlaude. Dalam tugas akhirnya, ia mencoba mempertemukan folklor sebagai bagian dari objek kajian filologi dan paradigma antropologi yang mengadopsi model lingustik. Hasilnya, tersusunlah skripsi berjudul "Legenda Candi Gedongsongo" Sebuah Tinjauan Strukturalisme Levi-Strauss.
Ia kemudian bekerja di penerbit Bentang Pustaka sebagai editor. Setelah satu tahun, ia memutuskan berhenti bekerja untuk melanjutkan pendidikan. Hingga kini, ia masih tercatat sebagai mahasiswa S-2 Program Studi Ilmu Antropologi pada Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Beberapa karya fiksi yang pernah ia tulis, antara lain: (1) naskah skenario drama berjudul Kuali Lumpur yang dipentaskan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia FIB Undip (2007); (2) cerpen berjudul Petaka tak Berujung yang diterbitkan buletin sastra Hysteria (2007); (3) cerpen berjudul Tukijo di Lembah Ungaran yang masuk dalam antologi Bianglala Pelangiterbitan Persma Sketsa Unsoed (2009); (4) cerpen berjudul Pesta Kematian yang masuk dalam antologi Hikayat Mengaji terbitan Fasindo Press (2010). Ada juga karya-karya nonfiksi, seperti materi pembelajaran dan atau kumpulan soal mata pelajaran bahasa Indonesia yang diterbitkan dalam bentuk antologi. Buku Babon Bahasa Indonesia adalah karya nonfiksi pertama yang diterbitkan memakai namanya sendiri.