Siluman Anak Band Bertopeng Badut

· Penerbit NEM
eBook
264
Halaman

Tentang eBook ini

Selesai pentas musik di Aula SMA Batik, Yongky dan Leny dijebak kawan-kawan sekolahnya sendiri di Pantai Pasir Kencana Pekalongan. Setelah diserang dengan sapu tangan berlumur cairan obat bius, dua personil Lingkar Jetayu Band SMA Masehi itu diperdaya oleh Christ, Paul, Udin, Ary Wijaya dan Andang.

Lima remaja itu melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap vokalis Lingkar Jetayu Band. Yongky, sang pacar dibuat tak berdaya lantaran berulang kali dibius dan bahkan dianiaya oleh kawan-kawan akrabnya itu. Ujung-ujungnya, untuk menghilangkan jejak perbuatan biadabnya itu Yongky dan Leny diceburkan ke Muara Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.

Setengah sadar Yongky bisa menyeret Leny ke tepi dermaga. Namun karena terhempas gelombang laut dan terseret arus sungai, Yongky kehabisan tenaga dan tewas di kawasan dermaga pelabuhan. Jenasahnya ditemukan di tepi pantai, di depan Krematorium.

Nyawa Leny bisa diselamatkan. Namun batinnya tergoncang hebat. Ia pun hidup dalam keadaan sadar tak sadar serta mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Untung berkat ketelatenan Mak Sopah dan Mak Marwah – dua perempuan renta dari Petungkriyono, sang pamomong Leny sejak kecil – keadaan gadis berkulit putih dan bermata sipit itu berangsur membaik.

Puji Tuhan...

Dalam perayaan Natal, bersama dua adik dan kawan-kawan akrabnya Leny bisa menyanyikan lagu-lagu yang diajarkan dalam Sekolah Minggu... Dan, selang beberapa bulan kemudian muncul sosok Siluman Bertopeng Badut...

Apa yang dilakukan Siluman Bertopeng Badut terhadap para pemerkosa Leny? Bisakah Christ, Paul, Udin, Andang dan Ary Wijaya menyelamatkan diri dari kejaran Siluman Bertopeng Badut? Benarkah sosok misterius yang selalu memakai jubah jeans belel gedombrangan itu adalah penjelmaan roh Yongky yang gentayangan dan menuntut balas atas kematiannya yang tak wajar itu?

Ikuti pula upaya Kum-kum, pemain bass Lingkar Jetayu Band, yang kemudian kuliah di Fakultas Hukum Universitas Pekalongan dan menjalani profesi sebagai wartawan Wawasan, meliputi sepak terjang Siluman Bertopeng Badut. Ikuti pula penyelidikan yang dilakukan Sersan Dua Andika, mantan drummer Lingkar Jetayu Band yang bertugas di Satuan Reserse & Kriminalitas Polres Pekalongan... Bisakah dua kawan dekat Yongky – Leny itu mengungkap rahasia Siluman Bertopeng Badut?

Tentang pengarang

Penulis merupakan sosok yang lahir di Kampung Noyontaan Gang 15-A/15 Kecamatan Pekalongan Timur, Kotamadya Pekalongan, 27 Juli 1965, dengan nama asli Mohammad Edy Yuliantono. Lantaran ulah usil para senior, dalam OPSPEK UNDIP 1985/1986, dia dibaptis dengan nama Edy v@n Keling, sebagai penegasan atas warna kulitnya yang tergolong kelam.

Edy v@n Keling menempuh pendidikan formal di SD Muhammadiyah 2 Noyontaan Kotamadya Pekalongan, dilanjutkan di SMP Negeri 1 Perintis Pekalongan, serta SMA Pemda Kodya Pekalongan. Tahun 1985 resmi menjadi mahasiswa Jurusan Sejarah Indonesia - Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, dan disambung dengan pendidikan S-2 di Universitas STIKUBANK, Semarang.

Lulus S-1 sempat magang di perusahaan swasta, lalu dilanjutkan dengan menjadi PNS, sebagai Penyuluh KB di Kantor BKKBN Kabupaten Pekalongan, kemudian pindah ke Bagian Humas Setda Kabupaten Pekalongan, lalu mutasi ke Kecamatan Bojong dan Kecamatan Paninggaran, selanjutnya bergeser ke BAPPEDA LITBANG. Saat menulis novel ini, Edy v@n Keling menjadi SEKRETARIS DINAS KOMUNIKASI & INFORMATIKA Kabupaten Pekalongan.

Sebelum menulis novel ini ada 10 Novel Anak Band yang telah diterbitkan, yaitu; Cinta Anak Band di Puncak Gunung; Gejolak Anak Band di Tepi Panggung; Gerhana Anak Band di Tengah Kampus; Petualangan Anak Band di Kerajaan Singosari; Asmaradhana Anak Band di Dalam Tembang; Permata Anak Band di Lembah Hitam; Pelangi Anak Band di Langit Biru; Kembang Anak Band di Pinggir Jurang; Nyanyian Anak Band di Musim Kemarau, dan; Symphony Anak Band di Luar Orchestra.

Selain itu, telah diterbitkan pula tiga novel bergenre sejarah, yaitu; Ki Ageng Cempaluk Ksatria Kinasih Pajang Mataram; Sulasih – Sulanjana Mantera Kekasih Perang Batavia (1628-1629), dan: Tewasnya J.P. Coen (1629). Selain itu pria berkacamata minus ini menulis pula buku Biografi Farid Achwan; Babad Kabupaten Pekalongan (Tim); Upacara Pesta Giling Tebu; Upacara Sedekah Laut, dan; Petungkriyono Negeri di Awan.

Suami dari Retno Ambarsari, Amd.Keb., SKM, M.Kes, yang juga Ayah dari Aji Muhammad Suryo Prakoso, Yudha Panji Nugroho dan Gusti Ksatria Pamungkas ini sekarang tinggal di Perumahan Graha Tirto Asri, Jl. Anggrek 3 No. 9 RT 06 – RW 04, Desa Tanjung, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.

Selain menulis, aktivis Masyarakat Sejarawan Indonesia ini tengah giat bersyiar umrah & haji plus bersama PT Arminareka Perdana dan PT Arminadaily serta teguh mewujudkan impiannya untuk menjadi Milyarder Muslim yang amanah.

Beri rating eBook ini

Sampaikan pendapat Anda.

Informasi bacaan

Smartphone dan tablet
Instal aplikasi Google Play Buku untuk Android dan iPad/iPhone. Aplikasi akan disinkronkan secara otomatis dengan akun Anda dan dapat diakses secara online maupun offline di mana saja.
Laptop dan komputer
Anda dapat mendengarkan buku audio yang dibeli di Google Play menggunakan browser web komputer.
eReader dan perangkat lainnya
Untuk membaca di perangkat e-ink seperti Kobo eReaders, Anda perlu mendownload file dan mentransfernya ke perangkat Anda. Ikuti petunjuk Pusat bantuan yang mendetail untuk mentransfer file ke eReaders yang didukung.